Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Amin Soebandrio, menyarakankan agar Indonesia segera melakukan riset vaksin corona.
Amin mengatakan riset penemuan vaksin bakal sangat bermanfaat untuk penanggulangan virus corona di masa depan. Dirinya memprediksi virus corona akan kembali menjadi pandemi di masa depan.
"Ini yang mungkin akan terus menjadi problem ke depannya. karena dia ada di hewan. Interaksi manusia dengan hewan liar makin tinggi. Kemungkinan yang jadi pandemi ke depannya adalah corona virus juga," ujar Amin dalam diskusi Ring 1 dan Rilis Survei Kedai Kopi melalui Webinar, Rabu (22/4/2020).
Baca: Temuan WHO soal Covid-19 Bukan Berasal dari Lab di Wuhan: Mungkin dari Hewan
Baca: Jalani Program Bayi Tabung, Zaskia Sungkar Umumkan Persiapan Operasi Transfer Embrio
Baca: Ultimatum Buat Kalteng Putra, Lunasi Gaji Pemain Waktu 45 Hari atau Dapat Sanksi Berat
Selain itu, Amin membeberkan beberapa kekurangan jika Indonesia mengandalkan vaksin buatan negara lain. Kekurangan tersebut adalah mengenai mahalnya harga vaksin dan lamanya waktu pemberian vaksin kepada masyarakat.
Dirinya mengungkapkan harga normal vaksin adalah 1 Dolar AS, namun dapat melambung hingga sepuluh kali lipat di masa pandemi. Selain itu di masa pandemi, negara atau perusahaan penemu vaksin juga cenderung enggan menjual ke negara lain.
Amin mengatakan Indonesia membutuhkan setidaknya Rp 45 triliun untuk memberikan vaksin kepada 150 juta penduduk. Setiap penduduk harus mendapatkan dua vaksin.
Selain itu, persoalan waktu pemberian vaksin juga menjadi masalah karena tidak ada perusahaan obat yang mampu menyuplai 300 juta vaksin sekaligus.
"300 juta dosis, tidak ada yag sanggup mensuplainya sekaligus. Karena kapasitas produksi vaksin di dunia 8 juta dosis per minggu," ungkap Amin.
Setidaknya dibutuhkan waktu 300 minggu atau enam tahun untuk memberikan vaksin ke penduduk Indonesia karena satu perusahaan obat hanya mampu memproduksi satu juta vaksin perminggu.
Hal tersebut yang menurut Amin sebaiknya Indonesia harus meriset dan membuat vaksin sendiri. Sehingga kebutuhan vaksin untuk penduduk Indonesia dapat terpenuhi.
"Kita pakai kemampuan kita sendiri, pakai peneliti sendiri, pakai pabrik kita sendiri. Sehingga berapapun dosis yang kapan dibutuhkan kita semuanya siap," pungkas Amin.