TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menilai, langkah Adamas Belva Syah Devara yang mengundurkan diri dari posisi staf khusus milenial Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah tepat.
Menurut Karyono, sikap Belva yang memilih mundur sebelum diberhentikan presiden merupakan salah satu bentuk pertanggungjawabkan moral kepada publik.
Baca: UPDATE Data Corona di Bali, 23 April 2020: 167 Positif dan 4 Orang Meninggal
"Langkah itu mencerminkan sikap 'tepo saliro' menenggang perasaan orang lain. Setidaknya, menjaga perasaan publik dan wibawa Presiden Jokowi dari tudingan tidak sedap yakni memanfaatkan posisi kekuasaan untuk kepentingan pribadi," kata Karyono saat dihubungi Tribunnews, Kamis (23/4/2020).
Karyono berpandangan, Belva lebih baik fokus sebagai CEO Ruangguru.
Hal itu dimaksudkan untuk menghindari persepsi publik yang kurang baik terhadap Belva.
Terlebih, Ruangguru menjadi mitra program Kartu Prakerja dengan kucuran dana yang cukup besar dari pemerintah.
"Ketimbang menghadapi cibiran dan tuduhan KKN atas terpilihnya Ruangguru sebagai pelaksana pelatihan pra kerja," jelas Karyono.
Baca: Dilarang Mudik, Polisi Jaga 58 Titik Perbatasan di Seluruh Indonesia
Sebelumnya, melalui akun instagram @Belvadevara yang dikutip pada Selasa, (21/4/2020), Belva Devara mengumumkan pengunduran dirinya dari jabatan staf khusus presiden.
Pengunduran dirinya itu telah disampaikan langsung kepada Presiden Jokowi.
Dalam surat terbukanya itu, Belva menuliskan bahwa pengunduran dirinya telah diterima Presiden.
Adapun alasan pengunduran dirinya tersebut terkait dengan polemik Ruangguru di program Kartu Prakerja.
Baca: Pernyataan Jokowi yang Bedakan Mudik dan Pulang Kampung Dinilai Bisa Merepotkan Petugas
Belva yang menjabat CEO di Ruangguru tidak mau adanya konflik kepentingan dengan jabatannya sebagai staf khusus presiden.