Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Abdul Fikri Faqih angkat bicara soal mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari yang menyurati Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait penanganan wabah virus corona atau Covid-19.
Fikri menilai masukan tersebut haruslah dibaca, didengar dan ditindaklanjuti oleh Jokowi.
Baca: Pebisnis Diperbolehkan Berpergian Pakai Pesawat, Komisi IX DPR Minta Ada Pengawasan Ketat
Terlepas darimana sumbernya berasal.
"Masukan dari mana saja, termasuk dari penjara sekalipun, harus dibaca, didengar dan ditindaklanjuti kalau itu mengajukan solusi," ujar Fikri, ketika dihubungi Tribunnews.com, Rabu (29/4/2020).
Dia menilai tak ada konsep dan usulan solusi yang sempurna.
Oleh karenanya, harus ada tim yang terdiri dari pakar kesehatan yang bekerja siang malam untuk mencari solusi penanganan virus corona.
Wakil Ketua Komisi X DPR RI tersebut pun menilai Indonesia harus menyiapkan tempat khusus untuk bekhidmat pada sains dan teknologi.
Pasalnya, wabah ini sudah melebar dari ranah kesehatan ke ketahanan pangan.
"Bila kita tidak punya pusat studi ilmiah yang kredibel dan memadai tentang kesehatan dan pangan, maka selamanya kita akan jadi obyek bukan subyek," kata dia.
"Dan jika kita tidak fokus mencari solusi melawan Covid-19, jangan harap kondisi normal akan segera pulih. Yang terjadi adalah dampak negatif tak hanya dari sisi kesehatan, tapi krisis ekonomi berkepanjangan bahkan eskalasi problema keamanan akan semakin masif. Maka jalan satu-satunya adalah lawan Covid-19 lebih dulu, baru kita diskusikan solusi ekonomi dan keamanan," tandasnya.
Baca: Pemprov DKI Soroti Gampangnya Izin Operasi Perusahaan saat PSBB, Minta Kemenperin Lebih Selektif
Sebelumnya, mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menyurati Presiden Jokowi terkait penanganan wabah virus corona yang telah melanda Indonesia dan dunia.
Berikut isi surat tersebut:
Pak Jokowi yang terhormat,
Bersama surat ini saya dari dalam penjara, ijinkanlah menyampaikan keprihatinan yangmendalam terhadap bangsa kita yang sedang menghadapi wabah Corona ini.
Lewat surat ini juga, ijinkan saya menyampaikan beberapa masukan usulan beberapa halyang sederhana saja,-- untuk memperkuat kebijakan bapak yang sudah bapak tetapkandalam mengatasi wabah Corona ini.
Sebelumnya, saya ucapkan terimakasih kepada bapak atas pendirian bapak tidak sertamerta menetapkan Situasi Darurat Nasional dan tidak memberlakukan Lock Down sepertiyang dilakukan di beberapa negara lain. Itu keputusan yang bijaksana untuk rakyat dan bangsa Indonesia.
Saat ini tujuan kita yang utama adalah menghentikan penularan wabah Corona sehinggadapat menurunkan angka kematian.
Menurunkan penularan akan efektif bila pertama-tama dilakukan screening massalserentak. Kalau tidak bisa semua wilayah, kita bisa memilih daerah dengan zona merahsaja. Di zona merah itu perlu dilakukan deteksi dengan screening massal serentak,mencari mana yang positif dan mana yang negatif. Pisahkan yang positif. Dari yang positifini ada yang simptomatik atau bergejala dan ada 90 persen yang asimptomatik atautidak bergejala,-- inilah kemudian bisa menularkan ke orang lain. Setelah jelas terpilah,maka bisa dilakukan PSBB dengan aman.
Tapi kalau belum dilakukan screening maka kemungkinan terjadi penularan di area PSBB masih sangat mungkin.
Misal satu orang dalam keluarga positif dan asimptomatik apakah tidak tertular padaanggota keluarganya? Kalau rumahnya besar satu orang satu kamar bisa tidak menular. Tapi karena tidak tahu mana yang positif dan mana yang negatif maka kalau pas waktumakan akan kumpul bersama. Apalagi kalau rumah kecil 45m2 ada berisi 5 orang apakah bisa tidak tertular?
Maka screening massal serentak pada zona merah adalah sangat penting. Jika penularanturun maka otomatis angka kematian juga ikut turun.
Mohon maaf pak,-- untuk itu kita membutuhkan alat rapid test yang sensitif dan false-negatifnya rendah. Sebaiknya rapid test yang digunakan adalah yang molecular base. Agar tidak buang waktu dan biaya karena harus tes berulang-ulang, sementarapenyebaran berlanjut.
Primer atau reagen pada PCR untuk mendeteksi virus sebaiknya menggunakan primeratau reagen yang kita buat sendiri berasal dari virus Corona strain Indonesia, agardeteksinya lebih valid, ketimbang pakai yang dari luar yang belum tentu cocok denganvirus yang ditemukan di Indonesia. BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi)telah mulai melakukan ini.
Pak Jokowi yang baik, jangan biarkan rakyat kita menangis. Perintah bapak untuk segeramemenuhi kebutuhan dasar bagi rakyat di dalam wilayah PSBB sudah sangat jelas. Namundi tingkat bawah saat ini masih belum bisa merasakan kebijakan tersebut. Saya dengarbantuan sosial belum diterima sebagian besar rakyat kita. Padahal rakyat sudah lebihsebulan harus tinggal di rumah dan tidak bekerja sebulan sebelum PSBB diberlakukan.
Mohon maaf pak, rakyat kita butuh kerja hanya untuk bisa makan setiap hari. Sementaraitu sampai saat ini dapur-dapur umum belum serius di dirikan oleh para lurah dan kepala desa.
Dengan adanya PSBB di beberapa daerah,-- mohon sangat ada monitoring dan evaluasidi daerah-daerah tersebut,--apakah kebijakan pak Presiden soal bantuan sosial sudahsampai pada rakyat yang membutuhkan? Apakah dapur-dapur umum sudah berdiri di setiap kelurahan dan desa?
Demikian halnya dengan rumah-rumah karantina buat ODP dan PDP yang seharusnyasudah ada ditingkatan desa dan kelurahan.
Oh iya pak, setahu saya Kementerian Kesehatan punya bidan-bidan desa yang barusanjadi CPNS beberapa waktu lalu. Mereka punya jadwal rutin Posyandu. Mereka juga sudahbiasa door to door memeriksa kesehatan rakyat di desa. Bidan desa dan posyandu bisajadi salah satu ujung tombak monitoring dan evaluasi maupun untuk screening.
Pak Jokowi yang baik, pada bapaklah kami semua rakyat Indonesia menggantungkankeselamatan masa depan bangsa dan negara ini. Semoga kita bisa secepatnya menangdari wabah Corona.
Jangan ragu dan tetaplah yakin Allah SWT akan menolong kita semua
Selamat menunaikan ibadah puasa.
Jakarta, Rutan Pondok Bambu,
Jumat, 24 April 2020
Hormat saya,
Siti Fadilah Supari