"Kalau riwayat penyakit insyaAllah tidak ada, cuma waktu kecil pernah asma, setelah SMP sudah tidak pernah kambuh lagi asmanya," terangnya.
"Artinya, Fabyan sehat dan baik-baik saja sebelum keluhan kesemutan itu," tambah dia.
Baca: 2 Pegawai Pabrik Rokok Sampurna Meninggal, Ratusan Lainnya Reaktif, Bisa Jadi Klaster Covid-19 Baru
Sementara itu, menurut sang ayah, sejak Fabyan mengeluh kesemutan, ia kerapkali meminta bantuan adik maupun ibunya untuk menuliskan tugas sekolah.
Bahkan ketika makan, ia sering memergoki Fabyan makan menggunakan bantuan tangan kiri.
Sepekan setelahnya, menurut sanga ayah, Fabyan mulai memperlihatkan kebiasaan aneh.
Fabyan mulai tidur sepanjang hari.
"Bangun cuma untuk salat lantas tidur lagi, makan, mandi, terus tidur," kata dia, seperti yang dikutip Tribunnews.com dari akun Facebooknya, Kamis.
"Dalam sehari semalam dia bisa tidur 20 sampai 23 jam," tambahnya.
Menurutnya, saat itu ia dan keluarga cukup kesulitan mencari dokter saraf di rumah sakit.
Baca: Belum Mudik 5 Tahun Terakhir, Perawat Ini Malah Meninggal karena Virus Corona di Perantauan
Pasalnya, kebijakan PSBB yang sedang berlaku pada saat itu membuat banyak poli tutup.
Sampai akhirnya, ayah Fabyan menemukan dokter saraf yang aktif di sebuah RS di Pasar Rebo, Jakarta Timur.
"Diagnosa dokter saat itu ada masalah di otak kiri anak kami," terangnya.
Ayah Fabyan pun menanyakan apakah hal itu disebabkan oleh luka, infeksi, ataukah tumor, namun dokter membantahnya.
Menurut dokter, apabila hal itu benar, penderita akan mengalami sakit kepala, sementara Fabyan mengaku tidak merasakannya.