TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Anggaran (Banggar) DPR RI mengusulkan kepada pemerintah dan Bank Indonesia (BI) untuk mencetak uang hingga Rp 600 triliun.
Uang itu, nantinya digunakan untuk menyelamatkan ekonomi Indonesia ditengah pandemi virus corona (Covid-19).
Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komaruddin, usulan mencetak uang Rp 600 triliun bukanlah usulan yang solutif.
Baca: Bayi di Cianjur Jawa Barat Diberi Nama Corona, Sang Ayah Beberkan Maknanya
Ujang menyadari, usulan tersebut bertujuan baik bagi perkonomian Indonesia di saat seperti sekarang ini.
Namun, jika usulan tersebut direalisasikan, justru yang dikhawatirkan adalah terjadinya inflasi.
"Alih-alih ingin menyelamatkan ekonomi Indonesia yang sedang terserang Corona. Tetapi bahaya inflasi ada di depan mata," kata Ujang Komaruddin saat dihubungi, Jumat (1/5/2020).
Ujang pun menyebut, jika jumlah uang terlalu banyak di masyarakat, diperikirakan akan terjadi kenaikan harga-harga barang kebutuhan.
Ia mencontohkan bagaimana negara Zimbabwe yang mengalami inflasi yang begitu hebat dimana harga uang jadi tak berarti.
Baca: Kemenkes: Stigma Negatif Dapat Sulitkan Kesembuhan Pasien Corona
"Di Zimbabwe harga telur perkilogram sampai milyaran," jelasnya.
Ia lantas menyinggung soal utang negara yang hingga kini belum dibayarkan. Ia berkelakar jika harus mencetak uang, kenapa tak dilakukan sebelumnya untuk melunasi hutang negara.
Baca: Pemprov DKI Mulai Cicil Distribusi 20 Juta Masker Kain Gratis untuk Warga
"Kalau mencetak uang itu solusi. Kenapa pemerintah tak mencetak uang banyak-banyak tuk bayar utang," cetusnya.
Sebelumnya, Badan Anggaran (Banggar) DPR RI mengusulkan kepada pemerintah dan Bank Indonesia (BI) untuk mencetak uang hingga Rp 600 triliun.
Tujuannya untuk menyelamatkan ekonomi Indonesia dari dampak yang ditimbulkan wabah virus corona atau Covid-19.
Ketua Badan Anggaran MH Said Abdullah mengatakan pemerintah telah mengambil langkah langkah dalam penanganan untuk mengatasi pandemi virus Corona, baik penanganan yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat, maupun akibat dampak ekonominya.
"Namun melihat besarnya kebutuhan pembiayaan yang diperlukan, Badan Anggaran DPR RI memperkirakan skenario penganggaran yang direncanakan pemerintah tampaknya kurang mencukupi," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (29/4/2020).
Baca: Irjen Istiono: Warga yang Terpaksa Mudik Harus Kantongi Surat Izin Lurah
Menurut politikus, PDIP ini, hal itu didasarkan pada dua hal, yakni ancaman terhadap keringnya likuiditas perbankan sebagai akibat menurunkannya kegiatan ekonomi, sehingga menurunnya kemampuan debitur membayar kredit.
Kedua membesarnya kebutuhan pembiayaan APBN yang tidak mudah ditopang dari pembiayaan utang melalui skema global bond, maupun pinjaman internasional melalui berbagai lembaga keuangan.
Baca: Gigi Hadid Akui Hamil, Ungkap Ngidam Makanan Ini Setiap Hari & Menangis Tiap 5 Menit, Kenapa?
Atas dua hal itu Badan Anggaran DPR RI merekomendasikan kepada Bank Indonesia dan pemerintah beberapa hal. Salah satunya cetak uang dengan jumlah Rp 400-600 triliun.