Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah mengajak masyarakat untuk menghentikan stigmatisasi terhadap para tenaga medis yang menangani pasien Covid 19.
Ia menilai para tenaga medis itu bukan hanya sangat berjasa pada bangsa dan negara atas dedikasi mereka merawat dan menyembuhkan pasien Covid-19, tapi juga layak disebut ‘para pahlawan medis Indonesia.
Hal itu dikatakannya merespons penolakan warga di berbagai daerah terhadap tenaga medis, khususnya tenaga perawat, untuk tinggal di tengah masyarakat.
Peristiwa paling aktual terjadi ketika tiga perawat RSUD Bung Karno Solo, Jawa Tengah, diusir oleh induk semang dari tempat mereka mengontrak rumah di kawasan Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah, awal pekan ini.
Mereka kini terlunta-lunta lalu ditempatkan untuk sementara di sebuah ruangan lantai lima RSUD Bung Karno Solo.
Sebelumnya, peristiwa serupa juga terjadi Malang, Jakarta, Palembang, Gorontalo, Yogyakarta, dan Bandung.
"Para perawat itu pasti melaksanakan tugas mereka dengan protokol kesehatan yang ketat, misalnya mengenakan alat perlindungan diri secara maksimal dan berdisiplin. Mereka juga tak mau terpapar Covid-19. Jadi mari gunakan hati nurani kita dengan baik, perlakukan mereka layaknya pahlawan," kata Basarah kepada Tribun, Jumat (1/5/2020).
Ketua fraksi PDI Perjuangan itu menilai penolakan terhadap para tenaga medis itu terjadi karena dua hal.
Pertama, masyarakat kurang paham terkait penularan virus corona.
Kedua, informasi mengenai Covid-19 lebih banyak diisi dari sisi negatif sehingga menimbulkan rasa takut yang berlebihan di tengah masyarakat.
"Akibat kombinasi dua faktor itu, muncullah proses stigmatisasi bukan saja terhadap penderita Covid-19 tapi juga terhadap mereka yang berada di garis depan merawat dan menyembuhkan para pasien Covid-19 itu," ujar Basarah.
Untuk itu, dosen Pascasarjana Universitas Islam Malang (Unisma) ini mengajukan solusi dengan mengajak semua pihak untuk lebih banyak mengedukasi publik dengan pengetahuan dan pemahaman yang baik terkait penularan dan pencegahan Covid-19.
Terutama tentang peran dan sumbangsih para tenaga medis.
Edukasi ini bisa dilakukan lewat dialog di media televisi dan radio, iklan di media cetak, pamflet dan brosur berisi edukasi, dan banyak cara lain yang intinya melarang stigmatisasi terhadap para pasien dan tenaga medis Covid-19.
"Kita adalah bangsa agamis. Agama-agama yang kita anut semuanya mengajarkan kebaikan. Mengusir para perawat itu melawan hati nurani, bukan kebaikan. Seharusnya bukan perawat yang diusir dan dijauhi, tapi bagaimana kita bergotong-royong mengusir virus dari bumi Indonesia," kata sekretaris Dewan Penasihat PP Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) ini.
Selain itu, sebagai solusi, Basarah menyarankan agar pemerintah juga menyiapkan rumah singgah bagi tenaga medis untuk sementara waktu.
Hal itu seperti yang dilakukan Kementerian Riset dan Teknologi yang mengalihfungsikan bangunan di Gedung Wisma Tamu Puspiptek menjadi rumah singgah bagi tenaga kesehatan di Tangerang Selatan.
"Peran para tenaga medis seharusnya dihormati dan diapresiasi setinggi-tingginya karena dalam kondisi seperti ini, mereka ikut mempertaruhkan nyawa saat berada di garda terdepan. Masyarakat hendaknya memberikan dukungan dengan menunjukkan rasa empati dan simpati, bukan malah mengucilkan dan mengusir mereka," pungkas Basarah.