TRIBUNNEWS.COM - Pengacara kondang, Hotman Paris Hutapea meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk membeli obat Remdesivir sebagai obat Corona.
Hotman mengatakan, Jokowi perlu membeli obat Remdesivir karena obat itu sudah disetujui oleh BPOM Amerika Serikat sebagai obat untuk menangani pasien Corona.
"Presiden Amerika telah mengumumkan penemuan anti corona Remdesvir. BPOM Amerika telah mengizinkan beredar Remdisivir. Tunggu apalagi Pak Presiden RI, kirim juru lobi ke Amerika, kirim duta besar, kirim Menlu, kirim menkes. Cepat beli. This only way, gimana kita menertibkan 300 juta penduduk Indonesia," kata Hotman dalam video yang ia unggah di akun instagramnya, @hotmanparisofficial, Rabu (6/5/2020).
Lantas apakah obat Remdesivir itu?
Remdesivir merupakan obat yang dikembangkan oleh perusahaan Gilead Sciences Inc di Amerika Serikat.
Obat ini adalah obat eksperimental yang menargetkan bahan genetik yang disebut RNA dan dimaksudkan untuk menghentikan replikasi SARS-CoV-2.
Sebelumnya, Remdesivir digunakan sebagai obat pasien Ebola.
Disetujui BPOM AS sebagai Obat untuk Pasien Corona
Pada Jumat,1 Mei 2020 atau Sabtu waktu Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS menyetujui penggunaan Remdesivir sebagai obat untuk pasien Corona di masa darurat nasional.
Persetujuan diberikan setelah hasil awal studi menunjukkan remdesivir mempersingkat waktu pemulihan pasien hingga 31 persen, atau rata-rata sekitar empat hari.
Baca: Update Corona Global 6 Mei 2020: Kasus Baru Rusia Melonjak 10 Ribu Lebih, Total 165 Ribu Pasien
Penelitian dilakukan terhadap 1.063 pasien, dilakukan secara ketat , termasuk terhadap kelompok pembanding yang menerima perawatan biasa.
Oleh karena itu efek remdesivir dapat dievaluasi secara ketat.
Pasien yang diberi remdesivir dapat meninggalkan rumah sakit, rata-rata dalam 11 hari, dibandingkan 15 hari untuk kelompok pembanding.
Obat ini juga dapat mengurangi kematian, meskipun itu tidak pasti dari hasil yang diungkapkan sejauh ini.
Anthony Fauci dari National Institutes of Health mengatakan obat itu akan menjadi standar perawatan baru untuk pasien Covid-19 yang sakit parah.
Meski demikian, obat ini belum diuji pada pasien Corona yang menderita gejala ringan.
Remdesivir diberikan melalui infus di rumah sakit.
Baca: Dituduh Sebagai Sumber Virus Corona, China Sebut Menlu AS Hanya Menggertak
Gilead mengatakan akan menyumbangkan stok obat yang tersedia saat ini dan meningkatkan produksi untuk menghasilkan lebih banyak.
Tidak ada obat yang disetujui sekarang untuk mengobati pasien Covid-19, dan remdesivir masih perlu persetujuan resmi bukan sekadar untuk penggunaan darurat.
FDA sebelumnya memberikan otorisasi penggunaan darurat untuk obat malaria, hydroxychloroquine, setelah Presiden Donald Trump berulang kali mempromosikannya.
Namun, tidak ada penelitian besar berkualitas tinggi yang menunjukkan obat ini bekerja untuk menyembukan Covid-19, dan memiliki masalah keamanan signifikan.
Sempat Diujikan ke Tikus dan Kelelawar
Dikutip dari Kompas.com, yang mengutip dari New York Times (6/2/2020), remdesivir diketahui sempat diujikan terhadap tikus dan kelelawar yang terinfeksi virus corona, termasuk MERS dan SARS.
Hasilnya, obat tersebut dikombinasikan dengan senyawa NHC yang dapat melawan virus corona.
Dari percobaan ini, pihak Direktur Penyakit Menular dan Profesor pediatri di Vanderbilt University School of Medicine menyampaikan, remdesivir dan NHC tampaknya mampu menghalangi replikasi virus dengan mengganggu kemampuan mereka dalam melakukan mutasi genetik.
Di sisi lain, obat tersebut dianggap akan efektif apabila diterapkan pada pasien virus corona.
Tindakan ini dinilai sebagai terapi ganda untuk mencegah dan mengobati penyakit.
(Tribunnews.com/Daryono/Febby Mahendra/Miftah) (Kompas.com/Retia Kartika Dewi)