News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Studi Baru: Virus Corona Mungkin Sudah Menginfeksi Manusia sejak Awal Oktober 2019

Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bentuk virus Corona di mikroskop - Studi para peneliti menunjukkan, virus Corona mungkin pertama kali menular ke manusia pada awal Oktober 2019.

TRIBUNNEWS.COM - Virus corona diduga menular pertama kali ke manusia pada awal Oktober 2019, menurut penelitian terbaru mengenai susunan genetik dari Covid-19.

Studi yang dirilis pada Selasa (5/5/2020) lalu menyebut, virus diperkirakan telah menyebar dari inang awal ke manusia antara 6 Oktober dan 11 Desember 2019.

Dilansir SCMP, temuan ini didasarkan pada analisis lebih dari 7.000 kumpulan urutan genom yang dikumpulkan dari seluruh dunia sejak Januari 2020.

Dengan meneliti evolusi mutasi, para peneliti dari University College London dan University of Reunion Island dapat memundurkan jam molekuler mereka ke titik awal yang sama.

Mereka juga dapat mengidentifikasi mutasi utama pada virus corona, yang terus berkembang sejak menyebar ke manusia.

Baca: Temuan Terbaru, Tipe Virus Corona di Indonesia Ternyata Berbeda dengan Negara Lain

Baca: Virus Corona Bisa Ditularkan Lewat Hubungan Seks? Ilmuwan: Kecil Peluangnya

Sebelumnya, sebuah studi yang diterbitkan oleh laboratorium di Shanghai pada Januari 2020 menyimpulkan, virus corona baru kemungkinan besar berasal dari kelelawar dan melompat ke manusia melalui hewan perantara pada November 2019.

Namun, saat studi terbaru dilakukan, para peneliti memiliki akses yang memberikan lebih banyak informasi melalui platform berbagi data.

Bentuk virus Corona di mikroskop. (Sumber: NIAID-RML via Bloomberg)

Mereka memilih 7.710 kasus, mengumpulkan 7.666 di antaranya, dan menganalisis munculnya keragaman genom dari waktu ke waktu.

Ada variasi dalam tahap mutasi dan evolusi dari virus yang mereka pelajari.

Tim tersebut dapat menentukan asal usul virus yang paling mutakhir.

Pada gilirannya, itu dapat memberi mereka perkiraan baru tentang awal mula pandemi.

"Tanggal-tanggal dimulainya epidemi ini sudah disepakati dari perkiraan sebelumnya yang dilakukan pada subset yang lebih kecil dari data genom Covid-19. Meskipun menggunakan berbagai metode komputasi, mereka harus tetap diambil dengan hati-hati," tulis penelitian.

Baca: Mundur Lagi, Peneliti Singapura Sebut Corona di Indonesia Akan Berakhir pada 7 Oktober 2020

Baca: Kim Jong Un Kirim Pesan Verbal ke Presiden China Atas Keberhasilan Lawan Virus Corona

Di sebagian negara, seperti Inggris, Amerika Serikat, dan Irlandia, keanekaragaman genetik sampel pada dasarnya mencerminkan keragaman global.

Namun, di China, tempat wabah pertama kali dilaporkan, adalah pengecualian utama untuk pola ini.

Hanya sebagian kecil dari keragaman global dapat ditemukan.

"Keragaman genom populasi Covid-19 secara global yang direkapitulasi di berbagai negara menunjuk pada penularan Covid-19 yang luas di seluruh dunia, kemungkinan sejak awal pandemi," kata penelitian.

Teknisi laboratorium yang mengenakan APD lengkap (alat pelindung diri) melakukan "transfer sampel" sampel langsung yang diambil dari orang yang dites untuk virus corona baru, di fasilitas Lighthouse Lab baru yang didedikasikan untuk pengujian COVID-19, di Queen Elizabeth University Hospital di Glasgow. Rabu (22 April 2020). Laboratorium adalah bagian dari jaringan fasilitas pengujian diagnostik, bersama dengan situs Lab Lighthouse lainnya di Milton Keynes dan Cheshire, yang akan menguji sampel dari pusat pengujian regional di sekitar Inggris di mana staf NHS dan pekerja garis depan dengan dugaan Infeksi Covid-19 telah dilakukan apusan untuk pengujian. (AFP/ANDREW MILLIGAN)

Para peneliti juga mengamati, 198 jejak dalam genom virus tampaknya telah mengalami mutasi independen yang berulang.

Lebih dari 80 persen di antaranya telah menghasilkan perubahan pada tingkat protein.

Secara khusus, mutasi empat posisi secara independen terulang lebih dari 15 kali.

Itu menunjukkan, virus mungkin beradaptasi ke manusia.

Ketika perdebatan tentang asal usul virus berlanjut, ada semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa pandemi mungkin telah dimulai lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya.

Sebuah penelitian di Prancis baru-baru ini menemukan, seorang pasien di Eropa terinfeksi virus corona pada akhir Desember 2019.

Infeksi tersebut terjadi hampir sebulan sebelum wabah diperkirakan muncul di benua itu.

Studi Terbaru: Virus Corona Ditemukan dalam Air Mani Pria

Covid-19 dapat bertahan dalam air mani pria, bahkan setelah pasien mulai pulih, menurut studi para peneliti China, Kamis (7/5/2020).

Studi tersebut menunjukkan kemungkinan Covid-19 dapat ditularkan secara seksual.

Dilansir CNN, penelitian dilakukan di Rumah Sakit Kota Shangqiu, China.

Penelitian yang diunggah dalam jurnal JAMA Network Open tersebut melibatkan 38 pasien yang dirawat di sana pada Januari dan Februari 2020.

Baca: Inilah Laboratorium Institut Virologi Wuhan yang Dituduh Presiden Trump Sumber Virus Corona

Hasilnya, sekitar 16 persen dari mereka menunjukkan bahwa virus corona terdapat dalam air mani mereka.

Sekitar seperempat dari mereka berada dalam tahap infeksi akut.

Sementara itu, hampir 9 persen dari mereka pulih.

"Kami menemukan bahwa Covid-19 dapat terkandung dalam air mani pasien, dan virus masih dapat terdeteksi dalam air mani pasien yang sedang pulih," tulis Diangeng Li, salah satu penulis studi dari Rumah Sakit Umum Tentara Pembebasan Rakyat China di Beijing.

Gambar ini diperoleh 12 Maret 2020, milik National Institutes of Health (NIH) / NIAD-RML menunjukkan gambar mikroskop elektron transmisi SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19, diisolasi dari seorang pasien di AS, karena partikel virus (benda bulat emas) muncul dari permukaan sel yang dikultur di lab, paku di tepi luar partikel virus memberi coronavirus nama mereka, seperti mahkota. (Institut Kesehatan Nasional / AFP)

Li dan tim menambahkan, apabila Covid-19 tidak dapat mereplikasi dalam sistem reprodusi pria, virus itu mungkin bertahan dari imunitas testis yang istimewa.

Namun, belum jelas apakah virus corona dapat menyebar melalui air mani.

Menemukan bukti virus di dalamnya tak selalu berarti menular.

"Jika studi masa depan dapat membuktikan bahwa virus corona bisa ditularkan secara seksual, penularan seksual mungkin menjadi bagian penting dari pencegahan penularan," tulis tim.

Tim mengimbuhkan, penggunaan alat kontrasepsi dapat menjadi sarana pencegahan penyebaran virus corona.

Selain itu, diperlukan pula penelitian lebih lanjut terkait perkembangan janin.

Baca: Produksi Dihentikan karena Corona, Dunia Mulai Kekurangan Kondom

"Oleh karena itu, menghindari kontak dengan air liur dan darah pasien mungkin tidak cukup."

"Sebab, kelangsungan hidup virus corona dalam air mani pasien yang pulih dapat memungkinkan untuk menginfeksi orang lain," jelasnya.

Penelitian ini bukanlah penemuan yang mengejutkan.

Sebelumnya, banyak virus dapat hidup di saluran reproduksi pria.

Virus Ebola dan Zika ditemukan menyebar dalam air mani.

Bahkan, virus tersebut dapat bertahan berbulan-bulan dalam air mani, meskipun pasien telah pulih.

(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini