TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Plt Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nizam menilai pandemi corona memicu perkembangan riset di perguruan tinggi.
Perkembangan riset tersebut mencakup alat-alat kesehatan yang dibutuhkan untuk penanganan pandemi corona.
Baca: MUI Jelaskan Pihak Mana yang Bisa Menentukan Salat Idul Fitri Dapat Diselenggarakan atau Tidak
"Peralatan-peralatan kesehatan yang selama ini pemenuhannya melalui impor, ternyata bisa kita produksi sendiri," ujar Nizam melalui keterangan tertulis, Sabtu (16/5/2020).
Pelaksanaan riset yang sebelum masa pandemi dapat memerlukan waktu hingga bertahun-tahun, saat ini dapat dikembangkan dalam waktu pendek.
Nizam mengungkapkan perguruan tinggi melakukan berbagai kolaborasi riset untuk pemenuhan berbagai perlengkapan medis yang sangat dibutuhkan untuk penanganan pandemi Covid-19.
"Kita mendorong perguruan tinggi untuk melakukan riset terapan baik itu APD maupun alat-alat kesehatan, obat-obatab. Dan kita bersinergi dengan Kemenristek," ucap Nizam.
Baca: Bupati Madiun Debat 1 Jam dengan Orang Tua Santri Positif Covid-19, Hingga Disebut Mendzalimi
Hasil dari riset dan pengembangan perguruan tinggi adalah pembuatan ventilator untuk pasien corona.
Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan ventilator dengan nama Vent-I.
Ventilator dengan kemampuan Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) ini saat ini telah masuk fase produksi bekerja sama dengan PT. Dirgantara Indonesia.
Lalu ada Ventindo, ventilator hasil pengembangan Universitas Gadjah Mada.
Ventilator dengan kemampuan Sincronized Intermitten Mandatory Ventilation (SIMV). Ventilator ini dapat digunakan untuk membantu pernafasan pasien yang dirawat di ruang ICU.
Saat ini kolaborasi berbagai perguruan tinggi dengan lembaga penelitian juga telah mengembangkan berbagai Tes Kit untuk deteksi Covid-19 antara lain RT-LAMP, RI-GHA19, dan berbagai perangkat deteksi Covid-19.