TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily angkat bicara soal riset LSI Denny JA yang menyebut Indonesia dapat memulai kembali aktivitas bekerja di luar rumah mulai Juni 2020 mendatang.
Ace mengatakan apabila belum ada tanda-tanda menurunnya kasus Covid-19 sebaiknya rencana untuk beraktivitas di luar rumah tersebut ditinjau ulang.
"Saya kira setiap kebijakan harus berbasis pada data faktual tentang kasus Covid-19. Jika hingga bulan Juni 2020 data Covid-19 belum menunjukan tanda-tanda melandai dan menurun, maka sebaiknya rencana aktivitas di luar rumah sebaiknya ditinjau ulang," ujar Ace, ketika dihubungi Tribunnews.com, Senin (18/5/2020).
Baca: Presiden Jokowi: Belum Ada Pelonggaran PSBB
Politikus Golkar tersebut juga melihat untuk menuju ke arah aktivitas di luar rumah, pemerintah harus menyusun berbagai protokol kesehatan yang akan digunakan masyarakat atau publik.
"Pemerintah harus menyusun protokol kesehatan di bidang pelayanan publik terutama sektor transportasi, pendidikan, perdagangan, perindustrian, kegiatan keagamaan dan lain-lain," kata dia.
Tak kalah penting, kata dia, yakni mempersiapkan infrastruktur yang mendukungnya. Setidaknya seperti alat-alat kesehatan pencegah persebaran Covid-19 di berbagai tempat yang banyak digunakan masyarakat.
Ace menegaskan pihaknya tidak ingin akibat kebijakan relaksasi Covid-19 justru dapat meningkatkan persebaran kasus itu sendiri. Sehingga menurutnya pemerintah tetap harus menekankan, mengutamakan kesehatan dan keselamatan warga.
"Jadi, jika pertanyaannya apakah bisa terwujud atau tidak, tentu tergantung kepada tiga hal. Pertama, kecenderungan menurunnya data kasus Covid-19. Kedua, ketersediaan protokol Covid-19 yang disusun setiap sektor pelayanan publik. Dan ketiga, ketersediaan alat kesehatan pencegah persebaran Covid-19," pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, pendiri Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA memprediksi 99 persen kasus virus corona di Indonesia akan berakhir pada bulan Juni 2020 mendatang.
Baca: Transaksi 5 Kg Sabu Terbongkar, 4 Orang Dibekuk, Miliki Pabrik Narkoba Sendiri di Semarang
Prediksi tersebut diungkapkan Denny JA merujuk tiga sumber data dan informasi, yakni Worldometer data dunia virus corona, Singapore University of Technology and Design serta berbagai hasil riset lainnya.
Merujuk hal tersebut, riset LSI Denny JA ingin membaca trend data dunia dan Indonesia atas kasus corona.
"Berbeda dengan umumnya riset LSI Denny JA, riset ini bertujuan mengolah data sekunder. Ia bukan survei opini publik. Yang digali bukanlah persepsi publik atas virus corona," ungkap Denny JS dalam siaran tertulis pada Rabu (29/4/2020).
Baca: Bikin Tamunya Kaget, Nagita Slavina Keluhkan Sikap Raffi Ahmad yang Bikin Rafathar Suka Nendang
"Riset ini ingin menjawab apakah dan kapankah puncak pandemik terlampaui. Bisakah kita prediksi kapan pandemik berakhir," tambahnya.
Dengan mengolah data tersebut, ditambah referensi riset lain, LSI Denny JA menyimpulkan tiga hal soal virus corona.
Pertama, sebanyak 99 persen kasus virus corona diyakini selesai sebelum vaksin untuk virus itu ditemukan.
Bulan Juli hingga September 2020 katanya merupakan rentang waktu virus corona tak lagi menjadi masalah bagi dunia.
Baca: Pemasok Narkoba Bakal Jalani Sidang Bareng Lucinta Luna
"Di era itu, yang terpapar virus corona tentu tetap ada. Namun jumlah kasus baru terpapar grafiknya menurun signifikan. Puncak pandemik sudah dilewati," jelas Denny JA.
Kedua, lanjutnya, Indonesia termasuk negara menengah dari sisi kecepatan menyelesaikan kasus virus corona.
Walau begitu, tercapainya penyelesaian 99 persen kasus virus corona di Indonesia diperkirakan jatuh pada bulan Juni 2020.
"Tentu ini dengan asumsi aneka protokol kesehatan yang digariskan WHO dan pemerintah RI dipatuhi. Antara lain social distancing, work from home, larangan mudik, dan sebagainya," jelasnya.
Terakhir, vaksin virus diperkirakan ditemukan sekitar Mei hingga Juli 2021.
Lewat vaksin tersebut, Indonesia amaupun dunia katanya bebas dari virus corona tersebut.
"Ketika vaksin ditemukan, virus corona berubah efeknya hanya seperti penyakit biasa yang tak lagi mematikan," tambahnya.
Ditemukannya vaksin kekebalan untuk virus corona adalah satu- satunya penjamin virus corona bisa ditangani.
Ketika vaksin ditemukan, virus corana hanya menjadi flu biasa yang tak lagi mematikan.
Baca: Karena Wabah Virus Corona, Yuni Shara Harus Janjian Bertemu Krisdayanti
Namun sebelum vaksin ditemukan berbagai protokol kesehatan diberlakukan dibanyak negara.
Antara lain menjaga jarak fisik (social distancing, physical distancing), lock-down wilayah dengan segala istilah yang berbeda, work form home, online learning, penggunaan masker, sesering mungkin mencuci tangan, menggunakan hand sanitizer), dan sebagainya
Data dari worldometer menunjukkan, protokol kesehatan itu efektif bekerja untuk rata rata dunia.
Sebelumnya, penambahan kasus baru yang terpapar grafiknya menanjak signifikan.
Tapi sejak 1 April 2020, penambahan kasus baru terpapar mulai menunjukkan grafik yang landai.
Riset ini menyertakan kasus empat negara, yakni Jerman, Korea Selatan, Australia dan Selandia Baru.
Baca: 40 Travel Ilegal Pembawa Pemudik Ditindak Saat Melewati Perbatasan Keluar Kota di Bekasi
"Terbaca di grafik itu, betapa kasus baru harian yang terpapar menurun secara signifikan. Pada empat negara itu, grafik menunjukkan puncak pandemik sudah terlampaui," jelas Denny JA.
Kasus Virus Corona Dunia Tuntas pada Agustus 2020
Lebih lanjut dipaparkannya, Singapore University of Technology and Design mengembangkan model prediksi lebih jauh.
Trend data dunia itu dibaca dengan menggunakan artificial inteligence atau kecerdasan buatan.
Dari berbagai negara dunia, model itu menyimpulkan 99 persen kasus dunia selesai di bulan Agustus 2020.
Baca: Tak Sengaja Tertangkap Kamera, Sikap Asli Ibunya Pada Reino Barack Buat Syahrini Terdiam
Memperkaya riset Singapore University dengan aneka prediksi yang dikembangkan banyak lembaga, LSI Denny JA lebih menyimpulkan rentang waktu Juli - September 2020 sebagai rentang waktu selesainya 99 persen kasus virus corona.
"Kesimpulan ini katakanlah prediksi yang lebih aman karena menggunakan plus minus satu bulan sebagai margin of error dibandingkan yang dinyatakan Singapore University," imbuh Denny JA.
Berdasarkan data Singapore University pula, dalam menangani virus corona untuk mencapai tuntas 99 persen, LSI Denny JA membagi tiga kategori.
Kategori A (penanganan cepat), Kategori B (penanganan menengah), dan Kategori C (penanganan lambat).
Disebut cepat jika 99 persen tuntas itu terjadi paling telat di akhir Mei 2020.
Disebut sedang jika 99 persen tuntas di bulan Juni 2020.
Disebut lambat jika 99 persen tuntas terjadi setelah bulan Juni 2020.
Baca: Pembunuhan Koreografer di Jember Terungkap Dari Mobilnya, Garry Korban Perampokan
"Indonesia termasuk negara kategori B: menangani virus corona dengan kecepatan menengah. Diprediksi di bulan Juni 2020, virus corona tak lagi menjadi isu besar," jelas Denny JA.
"Kehidupan hampir normal kembali, walau social distancing tetap harus dijaga karena vaksin belum ditemukan," tambahnya.
Serupa dengan Indonesia, sejumlah negara yang termasuk dalam kategori B antara lain, seperti Singapura, India, Kanada, Iran, dan Denmark
Sedangkan negara kategori A, antara lain Negara China, Korea Selatan, Jerman, United Kingdom, Malaysia dan Amerika Serikat.
"Negara ini tergolong paling cepat di dunia, di luar China yang menuntaskan virus corona 99 persen," jelas Denny JA.
Sementara itu, negara Kategori C antara lain negara Columbia, Bahrain, Argentina, dan Qatar.
"Kategori cepat lambat itu tak seluruhnya berarti tingkat kemampuan negara menangani virus corona. Ia juga ditentukan oleh lebih awal atau lebih belakangan virus corona menyebar ke negara itu," jelas Denny JA.
"Yang dimaksud dengan 99 persen tuntas adalah situasi dimana penambahan kasus baru hari per hari menunjukkan grafik yang konsisten menurun. Tidak berarti tak ada lagi korban baru yang terpapar virus. Namun jumlahnya dilihat dari grafik sudah sangat menurun," tambahnya.
Dipaparkan lebih lanjut, klaim 100 persen virus corona dianggap tuntas hanya dilakukan ketika vaksin ditemukan.
University of Singapore katanya memprediksi 100 persen penuntasan virus corona pada bulan Desember 2020.
Berbeda dengan Univesity of Singapore, LSI Denny JA mendasarkan 100 persen tuntas itu pada penemuan vaksin.
"Khusus 100 persen tuntas itu tidak dikembangkan dari model proyeksi data," imbuhnya.
LSI Denny JA mengelaborasi banyak negara dan perusahan besar yang berlomba menemukan vaksin untuk virus corona.
Diprediksi vaksin pertama yang bisa dipakai luas terjadi sekitar Mei-Juli 2021.
"Saat itulah 100 persen virus corona tidak menjadi masalah bagi manusia," jelasnya.
Pengecualian
Walau prediksi yang dibuat LSI Denny JA berdasarkan metode ilmiah, namun model tersebut diungkapkannya dibangun berdasarkan aneka asumsi.
Asumsi yang utama adalah protokol kesehatan yang ditetapkan WHO, pemerintah, termasuk pemerintah Indonesia katanya harus dipatuhi.
Protokol kesehatan itu antara lain social distancing, physical distancing, menggunakan masker, mencuci tangan, dan lain sebagainya.
Asumsi lain, vaksin ditemukan pertengahan tahun depan jika kecepatan penelitian labolatorium sama seperti yang sekarang terjadi.
Tidak pula lahir mutasi baru virus corona yang kembali menyerang.
"Jika asumsi di atas terlanggar, dengan sendirinya aneka prediksi di atas tak berlaku. Pembaca diharap memberlakukan prediksi itu dengan hati-hati," tutupnya.