News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Antivirus Corona ''Made In'' Indonesia Siap Diproduksi

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

RAPID TES PEDAGANG PASAR - Petugas melakukan pemeriksaan cepat COVID-19 (Rapid Test) terhadap pedagang di Pasar Genteng, Surabaya, Kamis (14/5/2020). Sebanyak 50 pedagang mengikuti pemeriksaan cepat untuk mengetahui kondisi kesehatan mereka sebagai upaya untuk mencegah dan memutus penyebaran virus Corona (COVID-19). SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ

*Terbuat dari Pohon Atsiri

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian dan Lembaga (K/L) terus mencoba mencari cara dan menemukan obat untuk mencegah serta menangani virus corona (Covid-19) yang masih mewabah di Indonesia.

Satu di antaranya dilakukan Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) yang berhasil menemukan formula yang disebut mampu mencegah virus
ini.

Kepala Balitbangtan Kementan Fadjry Djufry mengatakan bahwa pihaknya telah
memproduksi antivirus corona, namun masih sebatas sampel atau prototype. Formula
ini dibuat dari bahan kandungan minyak tanaman atsiri (eucalyptus).

Antivirus ini dibagi menjadi lima jenis produk, yakni roll on, inhaler, balsam, kalung, serta aroma terapi tetes. Tiga di antaranya telah dipatenkan, termasuk antivirus jenis aroma terapi.

Baca: Komisi XI DPR: Relaksasi Kredit dari Leasing Belum Optimal

Baca: Kisah di Balik Foto Halu Tata Janeeta Menikah dengan Hyun Bin yang Gemparkan Medsos

Baca: Ibadah Haji Tahun Ini Belum Pasti, Jokowi Telepon Raja Arab Saudi

Baca: Saat Batuk dan Bersin di Tempat Umum Bikin Sensi, Apa yang Harus Dilakukan?

"Balitbangtan sudah berhasil memproduksi antivirus Eucalyptus, namun masih
prototype. Produk yang sudah berhasil dipatenkan ada 3 jenis, yang aroma terapi,
inhaler dan sebuk (kalung)," ujar Fadjry, dalam keterangannya kepada Tribun, Selasa
(19/5) siang.

Ia kemudian menjelaskan, proses penelitian terhadap potensi yang dimiliki tumbuhan
herbal telah dilakukan sejak 3 bulan lalu, tepatnya sejak Februari 2020.

Namun dari banyaknya tumbuhan herbal yang diteliti, hanya pohon atsiri, dengan spesies Eucalyptus Citriodora dan Eucalyptus Globulus yang memiliki kandungan terbaik dan dianggap efektif digunakan sebagai antivirus.

"Balitbangtan sudah 3 bulan ini meneliti potensi beberapa tumbuhan herbal, dan yang
paling ampuh adalah dari pohon Atsiri," kata Fadjry.

Dalam upayanya memproduksi antivirus eucalyptus ini secara massal, Balitbangtan
Kementan pun menggandeng PT Eagle Indo Pharma yang memproduksi produk minyak

Cap Lang. "Balitbangtan sudah menggandeng PT Eagle Indo Pharma (Cap lang) untuk
memproduksi secara massal dan secepatnya akan dilakukan," papar Fadjry.

Terkait penelitian dan pengembangan (R&D), Fadjry mengakui bahwa tidak menutup
kemungkinan bahwa pihaknya akan melakukan komunikasi dengan berbagai lembaga
riset, baik yang berada di bawah naungan pemerintah maupun swasta.

Sedangkan saat ini, pihaknya telah bersinergi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terkait izin edar dari produk antivirus ini jika kelak diproduksi massal.

"Balitbangtan ke depan akan komunikasi dengan lembaga riset lainnya. Lebih tepatnya
sekarang Balitbangtan sedang bekerja sama dengan BPOM untuk izin edar," pungkas
Fadjry.

Perlu diketahui, saat ini banyak K/L yang melakukan R&D terkait bagaimana cara

menangani virus corona. Seperti pengembangan inovasi dan teknologi untuk
memproduksi alat rapid test hingga ventilator.

Berdasarkan hasil pengujian Balitbangtan terhadap berbagai tumbuhan yang berpotensi sebagai antivirus korona, disimpulkan bahwa yang paling efektif ditemukan adalah pada tanaman eucalyptus yang memiliki kandungan senyawa aktif 1,8-cineole (eucalyptol).

Eucalyptus disebut mampu membunuh virus influenza, virus Beta dan Gamma Corona
dalam skala 80-100%.

"Ini bukan obat oral, ini bukan vaksin, tapi kita sudah lakukan uji efektivitas, apalagi ini
kan secara laboratorium secara ilmiah kita bisa buktikan, meskipun masih perlu uji
lanjutan, tapi paling tidak ini kan bukan obat oral dan minyak eucalyptus ini sudah dari
turun menurun digunakan orang dan toh sampai sekarang tiada masalah juga, sudah
puluhan tahun lalu orang mengenal eucalyptus itu kan minyak kayu putih, meskipun
berbeda sebenarnya satu famili beda genus di taksonomi," paparnya.(Tribun
Network/fit/wly)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini