News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Mengapa Warga Nekat Berkerumun di Pasar dan Mal Padahal Sedang Corona? Ini Penjelasan Ahli

Editor: Imanuel Nicolas Manafe
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga berbelanja pakaian yang dijual pedagang kaki lima di atas trotoar Jalan Jati Baru Raya, Tanah Abang, Jakarta, Senin (18/5/2020). Meski kawasan niaga Pasar Tanah Abang telah tutup selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), namun sebagian oknum pedagang tetap menggelar lapaknya di sejumlah titik seperti di atas trotoar dan di gang perkampungan setempat. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah daerah di Indonesia telah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB dalam rangka menekan penyebaran virus corona atau Covid-19.

Namun, belum lama ini pasar dan pusat perbelanjaan ramai dipenuhi masyarakat.

Baca: Tips Menjaga Kesehatan Tubuh saat Lebaran di Masa Pandemi Covid-19

adanya kerumunan warga membuat protokol Covid-19 yang harusnya diterapkan jadi terabaikan.

Teranyar dan menjadi hangat di kalangan media sosial adalah penuhnya Pasar Tanah Abang di tengah Pemprov DKI masih menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar.

Begitu pula di pusat perbelanjaan Roxy Mall, Jember, Jawa Timur, yang sempat ramai dengan pengunjung.

Padahal, hingga kini seluruh wilayah di Jawa Timur menetapkan ketentuan menjaga jarak atau physical distancing.

Kasus lainnya terjadi di Mall CBD Ciledug, di tengah Kota Tangerang masih melakukan penerapan PSBB untuk menekan penyebaran Covid-19.

Tangkap layar video yang berisi Mal CBD Ciledug ramai pengunjung (Tangkap layar Twitter @mbelgedez)

Akhirnya, Pemerintah Kota Tangerang menutup sementara operasional Mall CBD Ciledug.

Padahal jumlah kasus di Indonesia sudah mencapai 20.796 per 22 Mei 2020, dengan 5.057 orang diyatakan sembuh dan 1.326 orang meninggal dunia.

Berdasarkan artikel kolom yang ditulis oleh Sandi Kartasasmita, M.Psi, Psikoterapis, psikolog, dosen tetap Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara, kondisi tersebut menunjukkan sebagian besar masyarakat Indonesia masih menganggap Covid-19 adalah hal biasa dan bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan.

Pola pikir untuk menjaga kesehatan dan berobat yang minim menjadi salah satu penyebabnya.

Sebagian besar masyarakat masih menganggap penyakit ini masih jauh, tidak perlu ditakutkan.

Mereka juga berpikir bahwa ini semua akan berlalu meski belum tahu kapan, memiliki Tuhan yang pasti senantiasa akan melindungi sehingga tidak akan terkena penyakit tersebut.

Kalaupun akhirnya kena, karena itu sudah kehendak Tuhan.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini