News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

FAKTA Tingginya Kasus Corona di Jawa Timur: Penyebab, Bisa jadi Wuhan, hingga Kemarahan Risma

Penulis: Sri Juliati
Editor: Miftah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Update kasus virus corona di Jawa Timur, Jumat (29/5/2020). FAKTA Tingginya Kasus Corona di Jawa Timur: Penyebab, Bisa jadi Wuhan, hingga Kemarahan Risma

TRIBUNNEWS.COM - Jawa Timur menjadi sorotan sekaligus perhatian banyak kalangan terkait virus corona.

Apa pasal? Jawa Timur beberapa kali mencatatkan tambahan kasus virus corona paling tinggi di Indonesia.

Setidaknya sepekan terakhir, Jawa Timur melaporkan adanya kasus penambahan yang berjumlah ratusan.

Puncak kasus tambahan tertinggi di Jawa Timur terjadi pada Sabtu (23/5/2020) di mana ada 466 kasus baru.

Adapun daerah dengan kasus virus corona terbanyak di Jawa Timur berada di Surabaya.

Oleh karenanya, Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur, dr Joni Wahyuhadi menyebut, Surabaya bisa menjadi seperti Wuhan.

Sementara itu, media sosial tengah diramaikan dengan video kemarahan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini.

Berikut sejumlah kabar dan fakta terkait tingginya kasus virus corona di Jawa Timur sebagaimana dirangkum Tribunnews.com dari berbagai sumber:

1. Penyebab tingginya kasus corona

Ketua Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo (Tangkap layar channel YouTube BNPB)

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo mengungkapkan sejumlah penyebab kasus harian Covid-19 di Jawa Timur meningkat dalam beberapa hari terakhir.

Menurut Doni, hal itu disebabkan aktifnya empat klaster yang menjadi sumber penularan Covid-19 di Jawa Timur.

"Jawa Timur termasuk daerah yang potensi dari klaster tertentu sangat tinggi."

"Antara lain dari Gowa, kemudian jemaah tabligh, termasuk juga yang berasal dari dalam yaitu Pesantren Temboro dan Pabrik Sampoerna," ujar Doni, Rabu (27/5/2020) sebagaimana dikutip dari Kompas.com.

2. Kapasitas testing meningkat

Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak, melakukan kunjungan silaturahmi ke Kantor Redaksi Tribunnews Grup di Jakarta, Sabtu (14/3/2020). (Wartakota/Nur Ichsan)

Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak mengatakan, peningkatan kasus corona bersamaan dengan peningkatan kapasitas testing.

"Kami menaruh atensi yang besar mengenai perkembangan kasus yang terjadi."

"Peningkatan ini bersamaan dengan peningkatan kapasistas testing dan upaya penelusuran secara masif yang dilakukan di segala lini," ujar Emil dalam tayangan Youtube KompasTV, Kamis (28/5/2020).

Emil pun menyebut, tambahan kasus corona terjadi di wilayah urban yang menyumbang setengah perekonomian di Jawa Timur.

Di antaranya di kawasan Surabaya Raya seperti Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Pasuruan, dan Mojokerto.

"Sebaran geografis kasus corona, sekitar lebih dari 55 persen kasus terfokus di satu wilayah."

"Kalau dipetakan, ini terjadi di wilayah urban yang menyumbang sekitar 50 persen ekonomi di Jawa Timur," paparnya.

Emil pun menyebut kapasitas testing di Jawa Timur meningkat dari 1000 menjadi 1500 per hari.

Bukan hanya kapasitas testing saja yang meningkat, Emil mengatakan, ketersediaan reagen kit pun meningkat.

"Di Institute of Tropical Disease (ITD) Unair sudah ada support 10.000 PCR."

"Kita juga sudah kedatangan 2 alat mobile PCR untuk menambal permasalahan lab yang kapasitasnya berkurang," kata mantan Bupati Trenggalek ini.

3. Jadi sorotan Jokowi

Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat memimpin rapat terbatas 28 Mei 2020 (Tangkap layar channel YouTube Sekretariat Presiden)

Tingginya kasus virus corona di Jawa Timur juga menjadi sorotan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Jokowi meminta, Jawa Timur menjadi perhatian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dan Kementerian Kesehatan.

Hal ini dikatakan Jokowi saat membuka rapat terbatas melalui video conference, Rabu (27/5/2020).

"Di Jawa terutama agar dibantu, diberikan dukungan penuh untuk Provinsi Jawa Timur."

"Terutama yang berkaitan dengan persiapan rumah sakit rujukan dan rumah sakit daruratnya," ujar Jokowi, dikutip dari Kompas.com.

4. Disebut bisa jadi Wuhan

Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa bersama Ketua Tim Kuratif Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Jatim, dr Joni Wahyuhadi SpBS (SURYA.CO.ID/Fatimatuz Zahro)

Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur, dr Joni Wahyuhadi menyebut, Surabaya bisa menjadi seperti Wuhan.

Sebab, Surabaya menjadi wilayah dengan jumlah kasus virus corona terbanyak di Jawa Timur.

Hal ini bisa saja terjadi bila masyarakat tidak disiplin atau tidak mematuhi protokol kesehatan.

"Sebanyak 65 persen Covid ada di Surabaya Raya. Ini tidak main-main, Surabaya bisa jadi Wuhan kalau warganya tidak disiplin," kata Joni, Rabu.

Di Surabaya, ujar pria yang juga menjabat sebagai Dirut RSU dr Soetomo Surabaya ini, transmission rate penyebaran Covid-19 mencapai 1,6.

Artinya, jika ada 10 orang positif Covid-19, dalam sepekan akan bertambah menjadi 16 orang.

"Jadi kita mutlak untuk disiplin, disiplin memakai masker, disiplin physical distancing, disiplin cuci tangan, disiplin hidup sehat," ujar dia.

Joni mengaku prihatin banyak pasar di Surabaya yang tidak menjalankan physical distancing.

"Terus terang, saya menangis melihat pasar-pasar di Surabaya. Saya bandingkan dengan keadaan di rumah sakit," jelasnya.

Dia meminta warga di Surabaya Raya, khususnya di Surabaya, patuh terhadap aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang saat ini diberlakukan untuk kali ketiga, dari 26 Mei sampai 8 Juni 2020.

5. Kemarahan Risma

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini atau Risma marah setelah mengetahui mobil Lab PCR bantuan untuk Surabaya dibawa ke Tulungagung. (Kolase Surya.co.id (Istimewa))

Sementara itu, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini terekam marah besar saat mengetahui, dua mobil PCR malah dikirim ke Tulungagung dan Lamongan.

Sedianya, dua mobil bantuan dari BNPB itu akan dimaksimalkan Pemkot Surabaya untuk melakukan swab test kepada warga Surabaya.

Dalam video yang beredar di media sosial, suara Risma tampak meninggi saat berbicara dengan seseorang di telepon.

"Kalau mau memboikot jangan begitu Pak caranya. Saya akan ngomong ke semua orang," kata Risma.

"Pak...Saya tidak terima... betul saya tidak terima. Saya dibilang tidak bisa kerja."

"Siapa yang tidak bisa kerja sekarang? Kalau ngawur nyerobot gitu, siapa yang tidak bisa bekerja?" tukas Risma lagi.

Risma bilang telah berkoordinasi dan menghubungi berbagai pihak untuk mendatangkan mobil laboratorium tersebut.

Bahkan, ia melaporkan kejadian tersebut kepada Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo.

Saat itu, Risma juga menunjukkan bukti chat WhatApp antara dirinya dengan Doni.

Dalam chat tersebut terlihat jelas, Risma yang memohon bantuan alat fast lab untuk Kota Surabaya.

Doni, dalam chat WhatsApp dengan Risma menyanggupi dan berjanji akan mempercepat proses pengiriman alat fast lab.

Dalam chat tersebut, Risma juga melaporkan, mobil bantuan itu dialihkan ke daerah lain, sehingga Surabaya tidak bisa menggunakan mobil tersebut.

Doni pun berjanji mengecek keberadaan mobil tersebut karena dua mobil bantuan itu diprioritaskan untuk Kota Surabaya.

(Tribunnews.com/Sri Juliati, Inza Maliana, Kompas.com/Rakhmat Nur Hakim/Achmad Faizal/Ghinan Salman)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini