Dia mengatakan keadaan ini bisa menjadi normal kembali seperti saat sebelum terjadinya pandemi virus corona.
"Karena apa? Karena selama ini pandemi ataupun wabah baik yang baru-baru ini seperti MERS dan SARS."
"Bahkan zaman dahulu tahun 1918 itu 'kan lebih parah lagi dan masa itu teknologi belum tinggi itu juga bisa hilang semua virusnya, H1N1," ungkap Reviono, melalui sambungan telepon kepada Tribunnews.com, Kamis (28/5/2020).
Sebagai informasi, virus corona jenis lain yakni Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle Eastern Respiratory Syndrome (MERS) juga sempat menggegerkan dunia.
Baca: Ahli Paru Paparkan Hal yang Bisa Dilakukan Terkait Pelayanan Kesehatan saat New Normal, Apa Saja?
SARS pernah merebak di China pada 2003 lalu, ditularkan melalui kucing luwak.
Sedangkan, MERS pernah merebak di Arab Saudi pada 2012 lalu, ditularkan melalui hewan unta.
Sementara virus H1N1 atau flu Spanyol yang mewabah pada 1918 disebut sebagai pandemi terparah yang menyebar cepat dan mematikan.
Mengutip dari Kompas.com, pandemi ini diperkirakan menginfeksi sepertiga populasi dunia dan menewaskan 50 juta orang, atau sekitar 10 persen dari jumlah penderita.
Hal itu membuat flu Spanyol didapuk sebagai pandemi terburuk sepanjang sejarah.
Menurut Reviono, meski virus-virus tersebut masih ada hingga saat ini, namun penyebarannya sudah bisa dikendalikan.
Lantaran hal itu, ia beranggapan pandemi virus corona ini juga akan mereda seiring berjalannya waktu.
"Nah sekarang mungkin yang dimaksud new normal ini menunggu normal beneran, mungkin begitu," ungkap Reviono.
Baca: Tegaskan New Normal Bukan Berarti Pulih, AHY: Risiko Penularan Masih Tinggi
Diberitakan sebelumnya, new normal digaungkan di tengah pandemi virus corona yang kian meluas dan menginfeksi jutaan orang di dunia, termasuk Indonesia.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak masyarakat untuk dapat hidup berdamai dengan Covid-19.