News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Jemput Paksa Jenazah PDP Akibat Ketidakpahaman Masyarakat Klasifikasi Pasien dan Protokol Kesehatan

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kasus video viral jenazah COVID-19 dibawa pulang di Pegirian. (Tangkapan Layar)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani menilai masalah penjemputan paksa jenazah PDP di berbagai daerah terjadi akibat ketidakpahaman masyarakat akan protokol kesehatan dan klasifikasi pasien tersebut.

"Saya menangkap fenomena ini bisa jadi akibat ketidakpahaman masyarakat atas klasifikasi pasien dan protokol yang seharusnya diterapkan pada kasus Covid-19," ujar Netty, ketika dihubungi Tribunnews.com, Rabu (10/6/2020).

Dia mengatakan proses sosialisasi atau dialog dengan keluarga, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan organisasi mesti dilakukan oleh pihak RS atau Gugus Tugas setempat, terutama tentang penatalaksanaan Covid-19.

Sosialisasi juga perlu dilakukan kepada masyarakat untuk mendukung dan sebaliknya untuk tidak melakukan diskriminasi atau viktimisasi terhadap warga dengan status ODP, PDP, bahkan pasien positif.

Baca: Gubernur Sulsel Perintahkan Buru Orang-orang yang Ambil Paksa Jenazah PDP Covid-19 di RS

Menurut politikus PKS tersebut pencegahan stigma harus dipastikan bersama adanya pendampingan keluarga korban oleh aparat desa/kelurahan, dengan harapan pemerintah desa dapat mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Masyarakat perlu diedukasi tentang tata cara penanganan terhadap pasien positif dan pasien yang meninggal saat menjalani proses perawatan maupun pemulasaraan. Tentu semua dilakukan dengan mengedepankan kearifan budaya lokal di masing-masing wilayah," kata dia.

Di sisi lain, Netty mengatakan fenomena pengambilan paksa ini merupakan bentuk respon masyarakat atas lambatnya pemerintah dalam menangani pandemi.

Tak hanya itu, minim dan sulitnya kesempatan warga untuk mengikuti tes, lamanya hasil tes dan penegakan diagnostik juga berpotensi menjadi masalah.

Menurutnya, proses panjang yang harus ditempuh keluarga untuk mendapatkan kepastian status kesehatan keluarganya akan membebani masyarakat dari segi waktu dan biaya.

"Selain itu sering terjadi kesimpangsiuran informasi di tengah masyarakat terutama di daerah, sehingga kepercayaan masyarakat terhadap penanganan Covid-19 semakin turun," kata dia.

"Maka dari itu demi keselamatan dan kebaikan bersama, saya berharap pemerintah, aparat, tokoh dan masyarakat untuk tetap tenang dan bergotong royong melawan Covid-19. Sehingga tidak terjadi lagi peristiwa pengambilan paksa pasien atau jenazah pasien oleh keluarga dan masyarakat," tandasnya.

Sebelumnya diberitakan, sekelompok warga yang berjumlah sekitar 100 orang ditetapkan sebagai orang dalam pemantauan (ODP) secara serentak.

Penetapan itu menyusul aksi ratusan orang yang nekat mengambil paksa jenazah pasien dalam pemantauan (PDP) di Makassar, Sulawesi Selatan.

Direktur RS Dadi Arman Bausat mengemukakan, peristiwa berawal ketika seorang PDP di Rumah Sakit Dadi Makassar, Sulawesi Selatan meninggal dunia.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini