News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Masyarakat Salah Artikan Makna New Normal Sebabkan Lonjakan Kasus Corona? Ini Penjelasannya

Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Ayu Miftakhul Husna
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengunjung menikmati makanan di meja makan yang diberi partisi atau sekat pembatas di food court Tunjungan Plaza, Kota Surabaya, Jawa Timur, Rabu (10/6/2020). Pengelola Tunjungan Plaza memasang partisi atau sekat pembatas berbahan akrilik (acrylic) di setiap meja makan dalam rangka penerapan protokol kesehatan guna mencegah penularan virus corona (Covid-19) pada masa transisi new normal (tatanan normal baru). Surya/Ahmad Zaimul Haq

TRIBUNNEWS.COM - Ketua Umum Perhimpunan Ahli Epidemiologi, DR Dr Hariadi Wibisono memberikan pandangannya terkait kenaikan kasus corona di Indonesia.

Berdasarkan laporan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dalam dua hari terakhir, lonjakan kasus terkonfirmasi positif tembus angka 1.000 kasus.

Penambahan kasus sebanyak 1.042 terjadi pada 9 Juni 2020 dan pada 10 Juni ada 1.241 kasus baru.

Hariadi menilai, satu faktor penyebab kenaikan kasus ini bisa jadi disebabkan masyarakat salah mengartikan makna new normal itu sendiri.

"Pemahaman masyarakat umum terhadap new normal masih dianggap normal, padahal sama sekali tidak demikian."

"Normal kondisinya berbeda dengan new normal," ucapnya dikutip dari channel YouTube tvOne, Kamis (11/6/2020).

Hariadi melanjutkan, dalam kondisi normal masyarakat boleh keluar rumah tanpa mengindahkan protokol kesehatan.

Mulai dari tidak cuci tangan, tidak menggunakan masker atupun tidak perlu menerapkan prinsip social distancing dan physical distancing.

"Waktu normal Anda boleh kerluar tanpa masker, tidak cuci tangan, Anda masuk kerumunan tidak apa-apa."

"Tapi di new normal itu menjadi syarat, tidak boleh masuk ke kerumunan, gunakan masker, dan cuci tangan."

"Kalau itu tidak terpenuhi, new normal merupakan penyebab penularan yang semakin tinggi," imbuhnya.

Baca: Positif Corona Masih Tinggi, MUI Minta Masyarakat Tetap Patuhi Protokol Kesehatan

Ketua Umum Perhimpunan Ahli Epidemiologi, DR Dr Hariadi Wibisono (Tangkap layar channel YouTube tvOne)

Terkait angka penularan, Hariadi juga memberikan pandangannya.

Ia mengatakan selama penularan masih terjadi, maka permasalahan Covid-19 di Indonesia itu belum selesai.

"Bisa satu orang ke satu orang, satu orang ke dua orang, satu orang ke tiga orang."

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini