Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Angka kasus positif Covid-19 di Indonesia bertambah sebanya 1.331 orang, Kamis (18/6/2020).
Angka ini menjadi rekor tertinggi angka penambahan kasus Covid-19 sejak kasus pertama ditemukan di Indonesia.
Saat ini tercatat total pasien positif Covid-19 di Indonesia berjumlah 42.762 orang.
Meskipun angka penambahan kasus positif Covid-19 tinggi hari ini, ada kabar menggembirakan.
Baca: Angkat Kaki dari Rumah, Uya Kuya Ungkap Nino Kuya Bukan Anak Kandungnya, Gak Benci Sama Kita Kan?
Sebanyak 10 provinsi dilaporkan tidak mencatat adanya penambahan kasus baru positif Covid-19.
"Ada 10 provinsi yang melaporkan hari ini tidak ada penambahan kasus baru," kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto dalam siaran BNPB.
Dikatakan Achmad Yurianto, beberapa provinsi pun melaporkan kasus sembuh lebih banyak dibandingkan penambahan kasus positif.
Baca: Dikabarkan Menikah, Intip Potret Kemesraan Tara Basro dan Daniel Adnan yang Jarang Dipamerkan
Adapun kesembuhan hari ini sebanyak 555 orang, sehingga total akumulasi kesembuhan berada di angka 16.798 orang.
10 provinsi yang melaporkan tak ada penambahan kasus baru positif Covid-19 di antarannya Bangka Belitung, Jambi, Kepulauan Riau, Bengkulu, DIY Yogyakarta.
Kemudian Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Nusa Tenggara Timur.
Protokol Jaga Jarak Dapat Turunkan Risiko Penularan Covid-19 Hingga 85 Persen
Tim Komunikasi Publik, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Dokter Reisa Broto Asmoro mengatakan berdasarkan hasil penelitian yang diterbitkan jurnal ilmiah Lancet protokol jaga jarak atau physical distancing dapat menurunkan risiko penularan Covid-19 hingga 85 persen.
Dalam jurnal tersebut menurut dokter Reisa disebutkan bahwa jarak yang aman adalah 1 meter dari satu orang dengan orang lain.
"Ini merupakan langkah pencegahan terbaik bisa menurunkan risiko sampai dengan 85 persen," kata Dokter Reisa di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Rabu (10/6/2020).
Baca: Viral Penjual Gorengan Cantik, Bantu Orangtua hingga Isi Waktu Luang setelah Di-PHK Akibat Corona
Menurutnya, protokol jaga jarak sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19 paling efektif menurunkan transmission rate atau angka penularan.
Terutama, ketika berada di ruang publik, seperti transportasi umum.
Sebagaimana diketahui virus SARS-CoV-2 menular atau ditularkan melalui droplet atau percikan air liur.
Maka dalam hal ini, dokter Reisa juga menyarankan agar masyarakat tetap menggunakan masker saat harus keluar rumah, terutama apabila menggunakan layanan transportasi publik.
Baca: Kisah Inspiratif Chris John: Berawal dari Wushu hingga Happy Ending sebagai Petinju Profesional
"Virus corona jenis baru penyebab Covid-19 menular melalui droplet atau percikkan air liur, maka wajib semua orang menggunakan masker, terutama ketika menggunakan transportasi," jelasnya.
Selanjutnya apabila terpaksa menggunakan transportasi umum, dokter Reisa mengimbau masyarakat agar menghindari memegang gagang pintu, tombol lift, pegangan tangga, atau barang-barang yang disentuh orang banyak.
Kalau terpaksa, maka harus langsung cuci tangan.
"Apabila tidak memungkinkan, menggunakan air dan sabun, maka dapat menggunakan hand rub dengan kadar alkohol minimal 70 persen," katanya.
Baca: Kronologi Perempuan di Solo Gagal Menikah, Mempelai Pria Kabur di Hari Pernikahan
Kemudian, dia juga mengingatkan agar masyarakat tidak meletakkan barang-barang bawaan atau tas di kursi atau lantai transportasi umum.
Selain itu, mengkonsumsi makanan atau minuman di transportasi umum juga sebaiknya tidak dilakukan, sebab dapat terkontaminasi.
"Hindari menggunakan telepon genggam di tempat umum, terutama apabila berdesakan dengan orang lain, sehingga tidak bisa menjaga jarak aman," jelasnya.
"Hindari makan dan minum, ketika berada di dalam transportasi umum. Hal ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi, apalagi kalau menggunakan tangan yang tidak bersih," tambah dokter Reisa.