Namun, para ahli mengatakan ada sedikit bukti yang menunjukkan orang dapat menyebarkan virus tanpa menunjukkan gejala.
Baca: Nyaris 2 Pekan Masa Transisi Berjalan, DKI Jakarta Hari Ini Dapat Tambahan 176 Kasus Positif Corona
Martin S. Hirsch, dokter senior di Layanan Penyakit Menular di Rumah Sakit Umum Massachusetts, Amerika Serikat (AS) mengatakan masih banyak yang harus dipelajari tetapi para ahli menduga virus tersebut dapat bertindak serupa dengan SARS-CoV yang eksis 13 tahun yang lalu.
"Ini adalah virus pernapasan dan dengan demikian masuk melalui saluran pernapasan, kami berpikir terutama melalui hidung," katanya.
"Tapi itu mungkin bisa masuk melalui mata dan mulut karena itulah perilaku virus pernapasan lainnya."
Ketika virus memasuki tubuh, ia mulai menyerang.
Demam, batuk dan gejala COVID-19 lainnya
Diperlukan dua hingga 14 hari bagi seseorang untuk mengembangkan gejala setelah terpapar awal virus, kata Hirsch, dan rata-rata sekitar lima hari.
Begitu berada di dalam tubuh, ia mulai menginfeksi sel-sel epitel di lapisan paru-paru.
Atau sebuah protein pada reseptor virus dapat menempel pada reseptor sel inang dan menembus sel.
Di dalam sel inang, virus mulai bereplikasi hingga membunuh sel.
Ini pertama kali terjadi di saluran pernapasan bagian atas, yang meliputi hidung, mulut, laring, dan bronkus.
Pasien mulai mengalami versi ringan dari gejala yakni batuk kering, sesak napas, demam dan sakit kepala dan nyeri otot dan kelelahan, sebanding dengan flu.
Dr Pragya Dhaubhadel dan Dr Amit Munshi Sharma, spesialis penyakit menular di Geisinger, AS mengatakan beberapa pasien telah melaporkan gejala gastrointestinal seperti mual dan diare, namun itu relatif tidak umum.
Gejala menjadi lebih parah begitu infeksi mulai membuat jalan ke saluran pernapasan bagian bawah.
Baca: UPDATE Corona Indonesia Kamis, 18 Juni 2020: 10 Provinsi Ini Tak Ada Penambahan Kasus Positif
Pneumonia dan penyakit autoimun
WHO melaporkan bulan lalu sekitar 80% pasien memiliki penyakit ringan sampai sedang akibat infeksi virus corona.