Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Wamendes PDTT) Budi Arie Setiadi mengatakan jika kasus positif Covid-19 di desa sangat sedikit dibanding dengan wilayah perkotaan.
Bahkan, angka positif Covid-19 di desa kurang dari 1.000 kasus.
Hal itu disampaikan Budi Arie dalam webinar bertajuk Sinergi Gerak Masyarakat Menghadapi Dampak Adaptasi Kebiasaan Baru melalui virtual, Selasa (23/6/2020).
Baca: Pengunjung dan Pengelola Wisata Wajib Terapkan Protokol Kesehatan Selama Pandemi COVID-19
“Yang mengembirakan kasus positif Covid-19 di desa lebih rendah dari yang ada di perkotaan. Menurut data per 22 Juni, di desa hanya ada 894 warga yang positif Covid-19 dari keseluruhan 46.845 angka nasional,” kata Budi Arie.
Wamendes pun memperkirakan angka tersebut hanya sekitar dua persen warga desa yang terinfeksi Covid-19 dari keseluruhan angka nasional yang dilaporkan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
“Hanya sekitar dua persen saja yang melanda warga di perdesaan,” ucapnya.
Baca: Cerita Doni Monardo Ditelepon Khofifah di Malam Takbiran Bicara Soal Anggaran Penanganan Covid-19
Menurut Budi, angka positif Covid-19 di Desa bisa dikendalikan dengan baik.
Terlebih, pada Idul Fitri tahun 2020, pemerintah telah melarang masyarakat untuk mudik ke kampung halaman.
Ingatkan Masyarakat Untuk Taat Protokol Kesehatan Adalah Ibadah
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo menyampaikan penanganan Covid-19 dalam rapat kerja bersama Komisi VIII DPR RI, Selasa (23/6/2020).
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 ini menekankan pentingnya kampanye protokol kesehatan penanganan Covid-19.
Menurutnya, hal itu tidak cukup dilakukan pemerintah pusat dan tidak cukup hanya menggunakan istilah asing.
Baca: Bertambah 1.051 Kasus Baru, Berikut Sebaran Pasien Positif Covid-19 di 34 Provinsi Indonesia
"Kami mengajak seluruh komponen masyarakat di seluruh daerah untuk bisa menjelaskan tentanf Covid-19 ini dengan menggunakan bahasa lokal dan bahasa daerah, (karena) rakyat kita tidak tahu itu apa itu physical distancing, apa itu sosial distancing bahkan sekarang apa itu New Normal," ucap Doni.
Doni mengingatkan saat ini memasuki era New Normal.
Ia mengingatkan makna new normal bukan berarti normal seperti sebelum adanya pandemi karena pandemi Covid-19 saat ini belum selesai.
Baca: Pemeriksaan Spesimen Terkait Covid-19 Per 23 Juni Sudah 17.906
Karena itu, ia mengajak masyarakat untuk saling mengingatkan penerapan protokol kesehatan.
"Beberapa di antara mereka mengatakan, menganggap ini sudah normal lagi, sehingga mereka merasa Covid-19 ini sudah selesai, dan bahwa sampai hari ini Covid-19 belum berakhir," ujarnya.
"Ini yang senantiasa harus kita kampanyekan setiap detik, menyampaikan pesan kepada masyarakat untuk taat pada protokol Kesehatan adalah ibadah karena kalau ini bisa disampaikan dan rakyat mau menuruti, maka bisa menghindari risiko," tambahnya.
Protokol Jaga Jarak Dapat Turunkan Risiko Penularan Covid-19 Hingga 85 Persen
Tim Komunikasi Publik, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Dokter Reisa Broto Asmoro mengatakan berdasarkan hasil penelitian yang diterbitkan jurnal ilmiah Lancet protokol jaga jarak atau physical distancing dapat menurunkan risiko penularan Covid-19 hingga 85 persen.
Dalam jurnal tersebut menurut dokter Reisa disebutkan bahwa jarak yang aman adalah 1 meter dari satu orang dengan orang lain.
"Ini merupakan langkah pencegahan terbaik bisa menurunkan risiko sampai dengan 85 persen," kata Dokter Reisa di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Rabu (10/6/2020).
Baca: Viral Penjual Gorengan Cantik, Bantu Orangtua hingga Isi Waktu Luang setelah Di-PHK Akibat Corona
Menurutnya, protokol jaga jarak sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19 paling efektif menurunkan transmission rate atau angka penularan.
Terutama, ketika berada di ruang publik, seperti transportasi umum.
Sebagaimana diketahui virus SARS-CoV-2 menular atau ditularkan melalui droplet atau percikan air liur.
Maka dalam hal ini, dokter Reisa juga menyarankan agar masyarakat tetap menggunakan masker saat harus keluar rumah, terutama apabila menggunakan layanan transportasi publik.
Baca: Kisah Inspiratif Chris John: Berawal dari Wushu hingga Happy Ending sebagai Petinju Profesional
"Virus corona jenis baru penyebab Covid-19 menular melalui droplet atau percikkan air liur, maka wajib semua orang menggunakan masker, terutama ketika menggunakan transportasi," jelasnya.
Selanjutnya apabila terpaksa menggunakan transportasi umum, dokter Reisa mengimbau masyarakat agar menghindari memegang gagang pintu, tombol lift, pegangan tangga, atau barang-barang yang disentuh orang banyak.
Kalau terpaksa, maka harus langsung cuci tangan.
"Apabila tidak memungkinkan, menggunakan air dan sabun, maka dapat menggunakan hand rub dengan kadar alkohol minimal 70 persen," katanya.
Baca: Kronologi Perempuan di Solo Gagal Menikah, Mempelai Pria Kabur di Hari Pernikahan
Kemudian, dia juga mengingatkan agar masyarakat tidak meletakkan barang-barang bawaan atau tas di kursi atau lantai transportasi umum.
Selain itu, mengkonsumsi makanan atau minuman di transportasi umum juga sebaiknya tidak dilakukan, sebab dapat terkontaminasi.
"Hindari menggunakan telepon genggam di tempat umum, terutama apabila berdesakan dengan orang lain, sehingga tidak bisa menjaga jarak aman," jelasnya.
"Hindari makan dan minum, ketika berada di dalam transportasi umum. Hal ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi, apalagi kalau menggunakan tangan yang tidak bersih," tambah dokter Reisa.