Laporan wartawan tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Fraksi Nasdem DPRD DKI Jakarta Wibi Andrino menilai keputusan Gubernur DKI Anies Baswedan memperpanjang PSBB masa transisi selama 14 hari, hingga 16 Juli 2020 sudah tepat.
Alasannya Jakarta saat masih berisiko terjadi penularan virus corona atau Covid-19.
Apalagi beberapa hari belakangan terjadi peningkatan kasus harian positif Covid-19.
Baca: 115 Petugas Pemakaman yang Tangani Jenazah Covid-19 Mendapat Layanan SIM Gratis
"Kasus positif di DKI meningkat beberapa hari belakangan. Meski penambahan tersebut akibat program active case finding yang diusung Pemprov DKI, Nasdem tetap khawatir akan berisiko terjadinya gelombang kedua Covid-19," kata Wibi kepada wartawan, Jumat (3/7/2020).
Menurutnya lebih baik menekan penularan semaksimal mungkin, dari pada mengambil risiko dengan tidak membatasi aktivitas masyarakat.
Ia berharap selama 14 hari ke depan kedisiplinan masyarakat bisa meningkat, khususnya pada konsep 3 M yakni mencuci tangan, menjaga jarak, dan menggunakan masker.
Baca: Kasus Positif Covid-19 Masih Tinggi, Protokol Bertemu Presiden Makin Diperketat
"Jakarta akan cepat masuk era kenormalan baru bila masyarakat menjadikan protokol keehatan sebagai kebiasaan dan budaya sehari-hari," katanya.
Diketahui Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memperpanjang PSBB masa transisi selama 14 hari hingga 16 Juli 2020.
Dalam hasil evaluasi penerapan masa transisi sebulan ke belakang, Anies menyebut masih diperlukan peningkatan kedisiplinan masyarakat terhadap tiga aspek penting.
Baca: Kasus Positif Covid-19 Masih Tinggi, Protokol Bertemu Presiden Makin Diperketat
Meliputi penggunaan masker, mencuci tangan secara rutin, dan menjaga jarak. Menurutnya tiga hal itu masih belum dilakukan disiplin oleh masyarakat.
"Dalam pembahasan tadi di review kondisi Jakarta selama satu bulan terakhir, di situ nampak bahwa secara umum masih perlu peningkatan kedisiplinan masyarakat," katanya.
Protokol Jaga Jarak Dapat Turunkan Risiko Penularan Covid-19 Hingga 85 Persen
Tim Komunikasi Publik, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Dokter Reisa Broto Asmoro mengatakan berdasarkan hasil penelitian yang diterbitkan jurnal ilmiah Lancet protokol jaga jarak atau physical distancing dapat menurunkan risiko penularan Covid-19 hingga 85 persen.
Dalam jurnal tersebut menurut dokter Reisa disebutkan bahwa jarak yang aman adalah 1 meter dari satu orang dengan orang lain.
"Ini merupakan langkah pencegahan terbaik bisa menurunkan risiko sampai dengan 85 persen," kata Dokter Reisa di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Rabu (10/6/2020).
Baca: Viral Penjual Gorengan Cantik, Bantu Orangtua hingga Isi Waktu Luang setelah Di-PHK Akibat Corona
Menurutnya, protokol jaga jarak sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19 paling efektif menurunkan transmission rate atau angka penularan.
Terutama, ketika berada di ruang publik, seperti transportasi umum.
Sebagaimana diketahui virus SARS-CoV-2 menular atau ditularkan melalui droplet atau percikan air liur.
Maka dalam hal ini, dokter Reisa juga menyarankan agar masyarakat tetap menggunakan masker saat harus keluar rumah, terutama apabila menggunakan layanan transportasi publik.
Baca: Kisah Inspiratif Chris John: Berawal dari Wushu hingga Happy Ending sebagai Petinju Profesional
"Virus corona jenis baru penyebab Covid-19 menular melalui droplet atau percikkan air liur, maka wajib semua orang menggunakan masker, terutama ketika menggunakan transportasi," jelasnya.
Selanjutnya apabila terpaksa menggunakan transportasi umum, dokter Reisa mengimbau masyarakat agar menghindari memegang gagang pintu, tombol lift, pegangan tangga, atau barang-barang yang disentuh orang banyak.
Kalau terpaksa, maka harus langsung cuci tangan.
"Apabila tidak memungkinkan, menggunakan air dan sabun, maka dapat menggunakan hand rub dengan kadar alkohol minimal 70 persen," katanya.
Baca: Kronologi Perempuan di Solo Gagal Menikah, Mempelai Pria Kabur di Hari Pernikahan
Kemudian, dia juga mengingatkan agar masyarakat tidak meletakkan barang-barang bawaan atau tas di kursi atau lantai transportasi umum.
Selain itu, mengkonsumsi makanan atau minuman di transportasi umum juga sebaiknya tidak dilakukan, sebab dapat terkontaminasi.
"Hindari menggunakan telepon genggam di tempat umum, terutama apabila berdesakan dengan orang lain, sehingga tidak bisa menjaga jarak aman," jelasnya.
"Hindari makan dan minum, ketika berada di dalam transportasi umum. Hal ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi, apalagi kalau menggunakan tangan yang tidak bersih," tambah dokter Reisa.