TRIBUNNEWS.COM - Jumlah kasus positif corona di Indonesia bertambah 1.607 pasien per Minggu (5/7/2020).
Sehingga, total kasus virus corona di Indonesia menjadi 63.749 pasien.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto menyampaikan, kasus tertinggi terjadi di Jawa Timur.
"Provinsi Jawa Timur melaporkan kasus terkonfirmasi positif sebanyak 552," ujarnya, dikutip dari siaran langsung YouTube BNPB Indonesia, Minggu.
Adapun jumlah pasien yang sembuh menjadi 29.105 di seluruh Indonesia.
Sementara, total ada 3.171 orang yang dinyatakan meninggal dunia.
Lalu, pasien dalam pengawasan (PDP) berjumlah 13.767 pasien.
Orang dalam pemantauan (ODP) berjumlah 39.928 orang.
Baca: Nekat Bawa Pulang Paksa Jenazah PDP Corona, Pria di Gresik Positif Covid-19
Daya Tahan Tubuh Lemah Rawan Tertular Virus Corona
Tingginya kasus positif Covid-19 pada penderita Penyakit Tidak Menular (PTM), disebabkan oleh faktor lemahnya daya tahan tubuh penderitanya.
Daya tahan tubuh yang lemah dapat membuat seseorang mudah terpapar virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
Direktur Pencegahan dan Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan, Cut Putrie Arnie mengungkapkan, para penyandang PTM tersebut kemudian masuk dalam kelompok yang rentan terinfeksi Covid-19.
"Menurut data dari PHEOC Kementerian Kesehatan, penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes, penyakit jantung, gagal ginjal, stroke, itu kelompok yang masuk di situ."
"Kanker, penyakit paru kronik, menunjukan orang-orang kelompok penyakit tidak menular ini adalah orang yang rentan terinfeksi."
"Karena pasti yang orang dengan penyandang PTM kan kondisi (daya tahan tubuh) nya sudah tidak sama dengan orang normal, tetapi, bukan berarti mereka tidak akan bisa terhindar," ujarnya, dikutip dari bnpb.go.id, Sabtu (4/7/2020).
Baca: Bayi Umur 20 Bulan di Kupang Sembuh dari Corona, Ayah dan Ibunya Juga Kena Covid-19
Namun, Putrie Arnie mengatakan, Covid-19 tentunya sangat mungkin dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat.
"Penyakit ini sangat mungkin dicegah dengan perubahan perilaku kita. Pertama pola makan, pola makan tentu saja harus mengikuti kaidah gizi seimbang, selanjutnya olahraga yang rutin," lanjutnya.
Selama masa pandemi Covid-19, Cut Putrie Arnie juga menganjurkan agar seseorang yang memiliki PTM agar rutin melakukan pemeriksaan kesehatan ke dokter, baik yang sudah sakit maupun yang masih merasa sehat.
Sebab, PTM ini sangat berpotensi menjadi penyakit penyerta atau komorbid dan dapat semakin buruk apabila penderitanya terinfeksi virus SARS-CoV-2.
"Untuk yang sudah penyandang PTM, itu harus sering. Minimal satu kali sebulan."
"Dan pada masa pandemi, untuk penyandang PTM mendapat fleksibilitas bahwa obat mereka diberikan untuk dua bulan, sehingga mengurangi mobilisasi mereka keluar dan yang penting minum obat secara teratur."
"Karena dari survei kita menunjukkan orang PTM itu 50% tidak patuh minum obat," terang Cut Putrie.
Selain itu, bagi seseorang yang merasa sehat yang tidak punya keluhan belun tentu didalamnya sehat, perlu deteksi dini ke rumah sakit.
"Jadi untuk orang sehat yang merasa dirinya tidak punya keluhan tapi belum tentu tetap sehat, lakukanlah skrining minimal enam bulan sampai satu tahun sekali," katanya.
Baca: Kalung Eucalyptus Disebut sebagai Antivirus Corona, IDI Beri Tanggapan, Singgung Soal Penelitian
Dalam hal ini beberapa tahapan yang harus diperiksa di antaranya adalah tekanan darah, gula darah, indeks berat badan dan indikator lainnya.
"Mengukur tekanan darah, gula darah, indeks massa tubuh, lingkar perut yang paling gampang."
"Kalau laki-laki enggak boleh (lingkar perutnya) lebih dari sembilan puluh centi karena itu obesitas, perempuan jangan lebih dari delapan puluh centi," tambahnya.
Sementara itu, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Eka Ginanjar menegaskan, bagi yang penyandang penyakit tidak menular untuk rajin mengecek kesehatannya ke dokter agar mengetahui kondisi kesehatan pada dirinya.
"Yang paling penting adalah orang-orang yang punya penyakit tidak menular ini, yang diabetes, yang darah tinggi, yang sudah kena stroke, penyakit jantung."
"Jangan lupa, ini penyakit degenerative, penyakit yang harus dikontrol. Jangan lupa kontrol, jadi jangan takut ke rumah sakit," tegasnya.
Kemudian, para penderita komorbid untuk lebih berhati-hati agar tidak tertular Covid-19, dikarenakan lebih mudah terpapar COVID-19.
"Ketika pandemi ini, yang punya komorbid agar hati-hati, karena ketika menular ke mereka, itu lebih bisa mendapatkan penyakit yang lebih berat," imbuh Eka.
(Tribunnews.com/Nuryanti)