Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Juru Bicara Pemerintah Untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengungkapkan ada lima provinsi yang mengalami penambahan kasus positif corona paling tinggi hari ini, Kamis (16/7/2020).
Diketahui hari ini penambahan kasus positif Covid-19 sebanyak 1.574 orang.
Sehingga total kasus positif corona di Indonesia saat ini mencapai 81.668.
DKI Jakarta menjadi provinsi yang tertinggi dalam penambahan kasus konfirmasi positif corona di Indonesia hari ini.
Baca: Pandemi Covid-19 Bikin Jasa Transporter Migas Ikut Terimbas, Bisnis Diprediksi Pulih di 2021
"Konfirmasi positif kasus baru yang kita dapatkan distribusinya sebagai berikut, DKI Jakarta hari ini melaporkan ada 312 kasus baru dan 134 sembuh," ujar Achmad Yurianto di Kantor BNPB Jakarta, Kamis (16/7/2020).
Di bawah DKI Jakarta, ada Jawa Tengah yang melaporkan penambahan 214 kasus baru dan 80 sembuh.
Lalu Jawa Timur melaporkan 179 kasus dan 444 sembuh.
Baca: BNPB: Ancaman Covid-19 Masih ada di Sekitar Kita, Jangan Abai
Selanjutnya ada Sulawesi Selatan 178 kasus baru dan 211 sembuh.
Lalu Kalimantan Selatan 133 kasus baru dan 66 sembuh, dan kemudian Bali 112 kasus baru dan 106 sembuh.
Acmad Yurianto pun menjelaskan bila hari ini dilaporkan ada penambahan pasien sembuh sebanyak 1.295 orang.
Sehingga, total pasien yang sembuh dari Covid-19 saat ini mencapai 40.345 orang.
Kemudian untuk jumlah yang meninggal dunia akibat Covid-19 saat ini tercatat 3.873 orang setelah adanya penambahan 76 orang.
Protokol Jaga Jarak Dapat Turunkan Risiko Penularan Covid-19 Hingga 85 Persen
Tim Komunikasi Publik, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Dokter Reisa Broto Asmoro mengatakan berdasarkan hasil penelitian yang diterbitkan jurnal ilmiah Lancet protokol jaga jarak atau physical distancing dapat menurunkan risiko penularan Covid-19 hingga 85 persen.
Dalam jurnal tersebut menurut dokter Reisa disebutkan bahwa jarak yang aman adalah 1 meter dari satu orang dengan orang lain.
"Ini merupakan langkah pencegahan terbaik bisa menurunkan risiko sampai dengan 85 persen," kata Dokter Reisa di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Rabu (10/6/2020).
Baca: Viral Penjual Gorengan Cantik, Bantu Orangtua hingga Isi Waktu Luang setelah Di-PHK Akibat Corona
Menurutnya, protokol jaga jarak sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19 paling efektif menurunkan transmission rate atau angka penularan.
Terutama, ketika berada di ruang publik, seperti transportasi umum.
Sebagaimana diketahui virus SARS-CoV-2 menular atau ditularkan melalui droplet atau percikan air liur.
Maka dalam hal ini, dokter Reisa juga menyarankan agar masyarakat tetap menggunakan masker saat harus keluar rumah, terutama apabila menggunakan layanan transportasi publik.
Baca: Kisah Inspiratif Chris John: Berawal dari Wushu hingga Happy Ending sebagai Petinju Profesional
"Virus corona jenis baru penyebab Covid-19 menular melalui droplet atau percikkan air liur, maka wajib semua orang menggunakan masker, terutama ketika menggunakan transportasi," jelasnya.
Selanjutnya apabila terpaksa menggunakan transportasi umum, dokter Reisa mengimbau masyarakat agar menghindari memegang gagang pintu, tombol lift, pegangan tangga, atau barang-barang yang disentuh orang banyak.
Kalau terpaksa, maka harus langsung cuci tangan.
"Apabila tidak memungkinkan, menggunakan air dan sabun, maka dapat menggunakan hand rub dengan kadar alkohol minimal 70 persen," katanya.
Baca: Kronologi Perempuan di Solo Gagal Menikah, Mempelai Pria Kabur di Hari Pernikahan
Kemudian, dia juga mengingatkan agar masyarakat tidak meletakkan barang-barang bawaan atau tas di kursi atau lantai transportasi umum.
Selain itu, mengkonsumsi makanan atau minuman di transportasi umum juga sebaiknya tidak dilakukan, sebab dapat terkontaminasi.
"Hindari menggunakan telepon genggam di tempat umum, terutama apabila berdesakan dengan orang lain, sehingga tidak bisa menjaga jarak aman," jelasnya.
"Hindari makan dan minum, ketika berada di dalam transportasi umum. Hal ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi, apalagi kalau menggunakan tangan yang tidak bersih," tambah dokter Reisa.