TRIBUNNEWS.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengaku khawatir dan mengatakan mungkin tidak akan pernah ada 'peluru perak' untuk mengalahkan Covid-19.
Peluru perak sendiri merupakan ungkapan yang berarti solusi sederhana dan tampaknya ajaib untuk masalah yang rumit (senjata efektif melawan monster dalam cerita rakyat Inggris).
"Mungkin tidak akan pernah ada "peluru perak" untuk mengalahkan virus corona," ujar Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, kepala Organisasi Kesehatan Dunia ini memperingatkan.
Dr Tedros mengatakan, menunggu untuk mengungkap vaksin yang sedang diuji di beberapa negara, mungkin cara terbaik untuk mengakhiri pandemi, tapi belum tentu sempurna.
Baca: Jumlah Pemeriksaan Tes Swab Indonesia per Hari Diyakini Bisa Capai Target Minimal WHO
Di seluruh dunia, hampir 700 orang telah meninggal akibat Covid-19.
Lebih dari 18 juta orang juga telah terinfeksi penyakit ini, menurut angka yang dikumpulkan oleh Universitas Johns Hopkins.
Dari angka tersebut, 46.295 kematian dan 307.251 infeksi telah dicatat di Inggris.
Meskipun beberapa negara telah membersihkan gelombang pertama mereka, ada kekhawatiran kebangkitan virus ini.
Pemerintah Inggris memperingatkan puncak kedua bisa datang dari Eropa.
Baca: WHO Puji Arab Saudi dalam Pelaksanaan Haji 2020 di Tengah Pandemi Covid-19
Karena jumlah kasus (sementara pada titik terendah sejak pertengahan Maret) telah berhenti menurun secara signifikan.
Profesor Chris Whitty, kepala petugas medis Inggris, juga memperingatkan pekan lalu, negara itu mungkin telah mencapai batas sehingga pembatasan dapat dikurangi.
Dalam upaya untuk menghentikan penyebaran virus lagi, Dr. Tedros mengimbau negara-negara untuk secara tegas menegakkan tindakan seperti mengenakan masker, menjaga jarak sosial, mencuci tangan, dan menguji.
"Pesan untuk orang-orang dan pemerintah jelas: Lakukan semuanya," katanya pada konferensi pers dari kantor pusat WHO di Jenewa.
Baca: WHO: Jangan Berharap Vaksin Covid-19 Bisa Tersedia Hingga Tahun Ini
"Sejumlah vaksin sekarang dalam uji klinis fase tiga dan kami semua berharap memiliki sejumlah vaksin efektif yang dapat membantu mencegah orang dari infeksi."
"Namun, tidak ada 'peluru perak' saat ini dan mungkin tidak akan pernah ada."
Dr Tedros menyampaikan, ia khawatir bila vaksin yang tengah diteliti mungkin saja tidak berfungsi dengan baik.
"Ada kekhawatiran, kita mungkin tidak memiliki vaksin yang dapat berfungsi, atau perlindungannya hanya untuk beberapa bulan, tidak lebih."
Baca: WHO Rilis Pedoman Baru Protokol Kesehatan, Enggan Singgung Penularan Corona Melalui Udara
"Tapi tunggu sampai kita menyelesaikan uji klinis, kita tidak akan tahu," paparnya.
Kepala kedaruratan WHO Mike Ryan mengatakan negara-negara dengan tingkat penularan yang tinggi, seperti Brasil dan India, perlu bersiap untuk pertempuran besar dan 'mengatur ulang' pendekatan mereka.
"Beberapa negara benar-benar harus mengambil langkah mundur sekarang dan benar-benar melihat bagaimana mereka menangani pandemi di dalam perbatasan nasional mereka," ia mengingatkan.
Hanya ada lima vaksin di dalam fase tiga, yang artinya mereka dalam tes kemanjuran skala besar.
Baca: Geram Disebut Kacung WHO, IDI Laporkan Jerinx SID ke Polisi, Dugaan Pencemaran & Ujaran Kebencian
Menurut pantauan Sky News, saat ini tampaknya vaksin dipimpin oleh kelompok Inggris dari Universitas Oxford dan AstraZeneca.
Jika berhasil, maka akan ditinjau oleh Badan Pengawas Obat dan Produk Kesehatan untuk memeriksa apakah itu harus digunakan pada masyarakat umum.
Beberapa negara, termasuk Inggris, telah menghabiskan jutaan dolar untuk pre-order pasokan vaksin.
Ini didasarkan pada pekerjaan sebelumnya untuk menghasilkan vaksin melawan MERS, virus pernapasan mematikan lainnya.
(Tribunnews.com/Maliana)