Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Muhammad Rizki Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Universitas Airlangga mengklaim telah membuat obat Covid-19 yang berbentuk tablet.
Obat tersebut pun telah melalui uji klinis fase ketiga dan bekerja sama dengan tim farmasi TNI Angkatan Darat serta Polri.
Kini, mereka hanya perlu mendapatkan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Wakil Ketua Komite Pelaksana Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Jenderal TNI Andika Perkasa, mengatakan belum memikirkan nama obat Covid-19 tersebut.
• Bio Farma Prediksikan Vaksin Covid-19 Diproduksi Februari atau Maret 2021
"Belum ada karena kami masih menunggu izin edar BPOM RI dulu,” kata Andika, yang juga sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), saat diwawancarai awak media, Sabtu (15/8/2020).
Andika mengatakan, obat melawan Covid-19 tersebut merupakan karya anak bangsa dan pertama di Indonesia.
"Ini obat melawan Covid-19 yang sudah diuji klinis fase ketiga, oleh dokter Purwati selaku Kapuslitbang Stem Cell Universitas Airlangga," kata Andika.
Andika mengatakan, hasil uji klinis obat Covid-19 tersebut hanya tinggal menunggu izin BPOM.
"Kami sudah punya jadwal dengan BPOM RI untuk untuk mempercepat izin edar obat ini. Rencannya Rabu mendatang kami mengadakan pertemuan," ucap Andika.
"Semakin cepat, akan lebih baik untuk memproduksi obat Covid-19 ini," lanjutnya.
Selain itu, Andika mengatakan pembahasan menyoal anggaran memproduksi obat Covid-19 ini pun akan dibahas.
Yakni bersama pihak Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Komisi I dan pihak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lainnya.
Dia menuturkan, proses produksi akan dibantu perusahaan obat terbesar, Kimia Farma.
"Perusahaan obat dari BUMN, Kimia Farma yang akan memproduksi. Rencananya ini produksinya berskala besar untuk masyarakat," jelas Andika.
"Tapi tergantung ketersediaan anggaran pemerintah juga," sambungnya.
Sementara itu, Mohammad Nasih mengatakan obat Covid-19 tersebut usai diuji klinis sejak Maret 2020 sebelum diberikan kepada PCPEN.
"Tim dari Universitas Airlangga ini telah menguji coba lima kombinasi obat penawar Covid-19 kepada sebanyak 700 pasien," beber Nasih, sapaannya.
"Ada 700 pasien yang telah kami uji coba klinis. Memang membutuhkan waktu lima bulan untuk sampai hari ini," sambungnya Nasih.
Menurut dia, masyarakat Indonesia terdapat orang cerdas sehingga mampu membuat obat melawan Covid-19 tersebut.
Namun, menurutnya, hal ini terkendala dengan birokrasi yang rumit dari Pemerintah Indonesia.
"Sebenarnya orang Indonesia banyak yang cerdas. Tapi untuk memproduksi segala sesuatunya, dibikin ribet oleh pemerintah," tutup dia.