Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam kondisi prihatin seperti sekarang ini, peringatan Hari Kemerdekaan ke-75 Republik Indonesia harus dijadikan momentum membangun rasa persatuan, kebersamaan dan semangat mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik.
Wakil Ketua FPKS DPR RI, Mulyanto mengajak seluruh komponen masyarakat dan bangsa saling bekerja sama mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi, mulai dari masalah pandemi Covid 19 yang sudah menelan korban hingga masalah kontraksi ekonomi yang saat ini tumbuh negatif 5,3 persen serta ancaman resesi ekonomi.
Mulyanto minta pemerintah lebih peduli mengokohkan rasa kebersamaan dalam masyarakat, sebagai modal utama bangsa ini mengatasi berbagai tantangan yang ada.
"Diakui atau tidak, saat ini masyarakat kita tengah terbelah, sebagai ekses dari pilpres yang lalu. Karenanya di hari kemerdekaan inilah Pemerintah seharusnya dapat menciptakan suasana kerukunan, kedamaian dan rasa persatuan. Bukan malah mempertajam perbedaan dengan membiarkan keberadaan buzzer-buzzer media sosial yang sering memprovokasi masyarakat," ujar Mulyanto kepada wartawan, Selasa (18/7/2020).
Untuk membangun rasa persatuan dan kesatuan tersebut, Mulyanto mengingatkan pemerintah untuk lebih menjaga keseimbangan pembangunan, baik dalam aspek spiritual maupun material, seperti yang diamanahkan para pendiri bangsa (founding fathers).
Baca: Wanita Kembar Identik yang Menikah dengan Pria Kembar Identik, Umumkan Kehamilan di Waktu Bersamaan
"Menurut Bung Hatta, sila pertama (Ketuhanan Yang MahaEsa) dan sila kedua (Kemanusiaan yang Adil dan Beradab) mencerminkan aspek spiritualitas itu. Sementara sila ketiga, sila keempat dan sila kelima mencerminkan aspek materialitasnya," ucapnya.
Aspek spirtualitas ini akan menyinari pembangunan aspek materialnya. Bahkan sila pertama Pancasila, yakni “Ketuhanan Yang Maha Esa” menjadi roh bagi sila-sila lainnya.
Hal ini sesuai dengan syair dalam lagu Kebangsaan Kita “Indonesia Raya”, yakni “bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya”.
"Jiwa, kita sebut lebih dahulu dari badan. Kita harus membangun aspek spiritualitas bangsa ini, agar kokoh untuk kemudian menjadi landasan dalam membangun peradaban material Indonesia yang maju, unggul dan bermartabat," kata Mulyanto.
"Karenanya kita bersyukur dengan predikat, bahwa masyarakat Indonesia adalah bangsa yang relijius, bangsa yang beriman dan bertakwa. Dan memang demikianlah fakta sosialnya," imbuhnya.
Mulyanto mencontohkan satu indikator, bahwa akal-jiwa bangsa ini masih sehat dan kita layak optimis dapat kita lihat dari bagaimana sikap penolakan masyarakat luas terhadap RUU HIP (Haluan Ideologi Pancasila) ataupun RUU BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) akhir-akhir ini.
Artinya masyarakat kita sangat peka dan sigap membela manakala aspek spiritualitas-ideologis mereka terganggu. Berbagai organisasi keagamaan, purnawirawan TNI-Polri, pemuda dan daerah memperlihatkan sikap penolakan tersebut.
Baca: Terkait Pendirian KAMI, PKS : Semua Inisiatif Masyarakat untuk Membangun Negeri Perlu Dihargai
Begitu pula terkait dengan rasa kemanusiaan, yang dicerminkan dengan sikap saling tolong-menolong kesetiakawanan sosial dalam menganggulangi wabah Covid-19 di RT-RT, RW-RW, dusun, dan desa. Fenomena ini tentu membahagiakan dan membuat kita damai.
"Ini sekadar contoh yang menunjukkan, bahwa akal dan jiwa bangsa ini masih sehat dan kokoh," kata Mulyanto.
Lebih lanjut Mulyanto mengatakan, selama 75 tahun umur Indonesia merdeka, bangsa ini telah melalui pasang naik dan pasang surut dinamika berbangsa dan bernegara.
"Dan kita telah melalui semua itu dengan selamat hingga hari ini. Karena itu, kita layak optimis, bahwa musibah Covid-19 dan resesi ekonomi yang mengikutinya, dapat kita hadapi dan selesaikan dengan baik," ujarnya.
"Insya Allah selama akal dan jiwa bangsa ini masih kuat, kita akan dapat melalui musibah tersebut dengan selamat. Karena kita adalah bangsa pejuang. Bangsa yang optimistik," pungkasnya