Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menjadi seorang dokter yang menangani pasien covid-19 di tengah pandemi bukanlah tugas ringan.
Risiko tertular bahkan kematian selalu menghantui setiap hari.
Belum lagi masih adanya stigma dari masyarakat bahwa dokter dan petugas kesehatan yang menangani Covid-19 bisa tertular dan menulari penyakit yang belum ada obatnya itu.
Seperti cerita Komandan Batalyon Kesehatan Denma Mabes TNI AU Letkol Sus dr Heru Wishnu MSpAn MKes yang bertugas di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet.
Baca: Jubir Satgas Covid-19: Kasus Aktif di Indonesia Lebih Rendah dari Rata-rata Dunia
Baginya, dijauhi keluarga atau orang lain adalah duka ketika terlibat dalam penanganan Covid-19.
Ia mengungkapkan betapa sedih ketika dirinya sempat dijauhi anak istrinya di Bandung, Jawa Barat setelah bertugas di rumah sakit yang rata-rata merawat ribuan pasien positif Covid-19 per hari itu.
Bagaimana tidak, suatu hari ketika ia mendapatkan libur dan pulang ke rumah di awal tugasnya di rumah sakit itu, ia mendapati anak istrinya sudah tidak ada di ranjang yang sama dengannya saat bangun.
Baca: Erick Thohir dan Retno Marsudi Temui Pemerintah China Bahas Kerja Sama Soal Vaksin Covid-19
Sebabnya, kata Wishnu, anaknya mengatakan ayahnya itu sempat batuk di malam hari ketika tidur.
Hal itulah yang membuat anak dan istrinya pindah tidur ke tempat lain di rumahnya.
Hal itu diungkapkan Wishnu dalam tayangan Podcast Puspen TNI Episode 5 yang diunggah di kanal Youtube resmi Puspen TNI, Sabtu (15/8/2020) lalu.
"Tentunya sedih. Dengan waktu yang terbatas berkumpul dengan keluarga, tapi ketika bertemu dengan mereka, mereka mengambil jarak itu, tentunya inilah resiko. Saya cuma berpikir, oke lah ini demi keamanan saya atau keluarga saya, saya memang harus mengambil jarak, karena wajar lah bagaimana kekhawatiran tentang berita-berita Covid sangat menonjol," ungkap Wishnu.
Baca: Sempat Tutup Karena Ada Dokter Positif Covid-19, Poli Rawat Jalan RSUD Aceh Singkil Segera Dibuka
Ia mengungkapkan hal tersebut dialaminya ketika di awal-awal masa bertugas di RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet dan tes swab belum semudah saat ini.
Selain itu, anak dan istrinya menjadi khawatir dengan kondisi Wishnu setelah mendengar berita-berita tentang kengerian Covid-19 di masa-masa awal pandemi.
Terlebih Wishnu yang sehari-hari berdinas di Jakarta harus menempuh perjalanan pulang ke Bandung.
Tentu saja saat menempuh perjalanan dirinya berisiko tertular vitus corona.
"Karena di awal-awal berita Covid sangat menggemparkan dan negatif jadi ketakutan berlebihan pasti terjadi dan di satu sisi keluarga, anak istri khawatir," kata Wishnu.
Meski begitu, di satu sisi keluarganya juga bersyukur karena ketika berdinas di RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet Wishnu dikarantina.
Di tengah kekhawatiran keluarga, Wishnu tetap harus menjalankan tugasnya sebagai dokter TNI untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat.
Karena itu, Wishnu tetap berusaha memberikan penjelasan kepada keluarganya untuk menenangkan kekhawatiran mereka.
"Kalau di Wisma Atlet karena dianggap daerah zona merah, siapapun yang masuk ke dalam gedung atau tower perawatan pasien harus mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) level tertinggi, level tiga. Jadi saya sampaikan bahwa saya dan tenaga medis yang lain kalau memasuki red zone menggunakan APD level tiga. Jadi relatif aman dibandingkan dengan kalau bekerja di rumah sakit biasa. Saya sampaikan jadi paling tidak mereka tenang," kata Wishnu.