Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Bioskop di DKI Jakarta rencananya akan segera kembali dibuka walaupun masa pandemi virus corona (covid-19) belum berakhir.
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengatakan pembukaan bioskop ini bertujuan meningkatkan imunitas masyarakat di masa pandemi covid-19.
Namun beberapa pakar lintas bidang ilmu di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia telah melakukan diskusi dan meminta Pemerintah DKI untuk menunda pembukaan bioskop.
Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, Dekan FKUI menyebutkan ada beberapa pertimbangan untuk menunda dulu membuka bioskop pertama karena masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan.
"Tanggung jawab masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan seperti menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan sampai saat ini masih kurang," kata Prof. Ari kepada Tribunnews.com, Kamis (27/8/2020).
Baca: WHO Desak Investasi Lebih Besar dalam Fasilitas Vaksin COVAX agar Pandemi Cepat Berakhir
Baca: Bioskop di DKI Jakarta Bakal Dibuka Lagi, Apa Persiapan Pengelola?
Baca: Saran Satgas Covid-19 Jika Bioskop di Jakarta Dibuka Lagi, Usia Penonton Dibatasi dan Dilarang Makan
Kemudian pertimbangan berikutnya adalah WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia menyebutkan ada kemungkinan covid-19 menular lewat airborne atau udara.
Transmisi secara airborne adalah penyebaran mikroba COVID-19, melalui aerosol yang tetap bersifat infeksius meskipun terbawa angin dalam jarak jauh.
Aerosol kemudian dapat dihirup oleh seseorang yang peka dengan dosis infeksi dan ada kemungkinan virus dapat bertahan dalam keadaan hidup pada aerosol selama tiga sampai 16 jam tergantung suhu, kelembaban dan kepadatan orang.
Penemuan WHO ini didukung dengan adanya laporan beberapa klaster COVID-19 yang berhubungan dengan berkumpulnya sekelompok orang di dalam ruang tertutup.
Sementara itu ruangan bioskop pada umumnya adalah ruangan tertutup tanpa ventilasi dengan pendingin udara yang bersikulasi di dalam ruangan sehingga dikhawatirkan jadi tempat yang berisiko tinggi terjadinya penularan.
"Apabila ada satu orang pengunjung bioskop tanpa gejala tapi mengandung SARS CoV maka akan berpotensi menjadi sumber penyebaran virus kepada pengunjung lainnya," kata Prof. Ari.
Waktu di bioskop yang biasanya berdurasi lebih dari 1,5 jam juga dinilai dapat meningkatkan paparan virus yang menyerang saluran pernapasan itu.
"Durasi film yang minimal 1,5 jam akan meningkatkan waktu paparan dan meningkatkan jumlah partikel aerosol yang terhirup," pungkas Prof. Ari.