News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Mutasi Covid Ganas Ditemukan di 3 Kota Besar, Pertama Bermutasi di Surabaya, 10 Kali Lebih Menular

Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ilustrasi virus corona

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dunia masih berjuang mengatasi pandemi virus corona dalam bentuknya yang sekarang (SARS-Cov-2) alias Covid-19.

Namun di tengah perjuangan banyak negara di dunia kini virus covid 19 bermutasi para peneliti menamainya sebagai strain virus D614G.

Salah satu strain, yang kemudian dikenal dengan D614G, adalah virus dengan gen yang bermutasi sehingga memberinya lebih banyak protein.

Imbasnya, virus bisa lebih cepat menempel pada sel manusia.

Selain mutasi D614G, virus corona juga bermutasi menjadi corona lain yang sangat jarang ditemui, yakni tipe Q677H.

Baca: Apa Itu D614G? Mutasi Virus Covid-19 yang Dapat Membuat Penyakit Lebih Menular

Baca: Di Asia Tenggara Terdeteksi Mutasi Corona D614G yang 10 Kali Lebih Menular, Vaksin Tetap Efektif?

Virus Corona Telah Bermutasi Jadi 2 Jenis: 70% Pasien Terkena Virus yang Lebih Agresif dan Menular (MailOnline)

Pakar Biomolekular Universitas Airlangga (Unair) Prof Ni Nyoman Tri Puspaningsih mengklaim mutasi ini baru ada di Surabaya.

"Ada dua mutan yang berdekatan dan dari peta sebaran di Indonesia, satu-satunya baru di Surabaya," ujar Ni Nyoman yang juga Wakil Rektor I Unair, Senin(31/8/2020).

Mutan ini, ia melanjutkan, posisinya dekat dengan pemotongan purin (enzim protease yang dimiliki sel inang dalam hal ini manusia, tepatnya di sel paru-paru).

Mutan tersebut ada bersama-sama dengan mutan D614G. Dari analisis pendahuluan, mutan baru ini membantu energi antara purin dan spike semakin tinggi. Artinya, purin akan meningkat kemampuannya untuk lebih baik.

Dalam waktu dekat bila analisis telah selesai, Ni Nyoman akan merilis temuannya itu ke dalam jurnal internasional karena temuan ini baru satu-satunya di Surabaya.

"Ini menarik apakah dua mutan ini berpengaruh tak cuma ke tingkat kecepatan penyebarannya tapi juga hal lainnya," kata Ni Nyoman.

Khusus untuk virus mutasi corona D614G, di Indonesia sudah terdeteksi sejak April.

Hanya saja karena keterbatasan data, mutasi tersebut waktu itu belum dapat dimaknai apa-apa.

"Sebulan setelah Indonesia terkonfirmasi ada infeksi Covid-19, mutasi virus sudah ada di Indonesia. Mungkin lebih dulu dari informasi yang ada di Malaysia," ujarnya.

Di Malaysia mutasi corona D614G ini disebut-sebut punya kemampuan menyebar 10 kali lebih cepat.

Tapi sejauh ini, kata Ni Nyoman, belum ada kesimpulan apakah mutasi virus G614 berkaitan atau berdampak terhadap tingginya angka kematian pasien Covid-19 atau tidak.

Semula, Prof Ni Nyoman mengaku sempat mengira mutan D614G banyak terjadi di Surabaya mengingat peningkatan angka Covid-19 di Surabaya pada Mei-Juni begitu pesat, bahkan sempat dikategorikan sebagai zona hitam.

Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Prof Amin Soebandrio mengatakan mutasi virus corona
D614G yang merambah di Malaysia dan Filipina sudah merambah Indonesia.

Amin mengatakan lima institusi di Indonesia telah mengirimkan 22 whole genome sequence (WGS) terkait virus corona.

Ternyata delapan di antaranya mengandung mutasi virus corona D614G tersebut.

Baca: Kepala LBM Eijkman Sebut Mutasi Virus Corona D614G Sudah Ada di Indonesia

Baca: Kasus Baru Semakin Banyak, Virus Corona Disebut Alami Mutasi, Lebih Menular Tapi Ringan

"Dapat dilaporkan bahwa dari 22 WGS yang sudah di-submit oleh seluruh institusi di Indonesia, ada dari Surabaya, dari Bandung, dari Yogya, dari LIPI, dan Eijkman, ada 5 institusi. Dari 22 WGS itu ternyata ada 8 yang mengandung mutasi tersebut, mutasi D614G," ujar Amin.

Amin mengatakan distribusi mutasi virus corona D614G sendiri terjadi diperkirakan setidaknya selama bulan Mei 2020 silam.

Satu bulan sebelumnya yakni April 2020, laporan pertama diterima oleh Universitas Airlangga.

"Itu yang dilaporkan pertama oleh Unair itu dari bulan April, itu satu. Kemudian yang tujuh adalah belakangan, yang dari Tangerang, dari Yogya, dari Bandung, dan dari Jakarta," jelasnya.

Hingga saat ini, Amin menegaskan LBM Eijkman masih terus berusaha mengetahui sudah seberapa luas distribusi mutasi virus corona D614G di tanah air.

"Saat ini teman- teman yang sudah men-submit ke WGS sedang berusaha keras untuk mendapatkan whole genome baru untuk bisa mengetahui sebetulnya seberapa luas distribusinya di Indonesia," ujar Amin.

Amin juga mengungkap bahwa di dunia sendiri sudah ada 80 persen isolat virus corona yang mengandung mutasi virus corona D614G.

"Sebagai informasi saja, di dunia sudah ada 70 persen atau 80 persen dari isolat coronavirus di seluruh dunia yang mengandung mutasi D614G tersebut," ujar Amin.

Kasus Bisa Naik Hingga 500 Ribu Akhir Tahun Ini
Soal mutasi covid 19 ini juga sempat disorot media asing. Salah satunya adalah Reuters.

Reuters berdasarkan sumber dari Institut Biologi Molekuler Eijkman yang berbasis di Jakarta.

"Mutasi virus D614G yang menular tetapi lebih ringan telah ditemukan dalam data sekuensing genom dari sampel yang dikumpulkan oleh institut tersebut," tulis Reuters mengutip Wakil Direktur Herawati Sudoyo.

Strain ini, diidentifikasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya berada di Eropa dan Amerika.

Namun saat ini, D614G ditemukan juga di negara tetangga yakni Singapura dan Malaysia.

Epidemologi UI Syahrizal Syarif kepada Reuters mengatakan masyarakat harus tetap waspada.

Dengan menunjukkan permodelannya, ia melihat beban kasus bisa naik hingga 500.000 sampai akhir tahun.

"Situasinya serius. Penularan lokal saat ini tidak terkendali," tulis Reuters mengutipnya.

10 Kali Lebih Menular
Sebelumnya Institut Penelitian Medis Malaysia dilansir dari Straitstimes mengatakan mutasi virus D614G, 10 kali lebih menular.

"Ini 10 kali lebih menular dan mudah disebarkan oleh individu," tegas pejabat setempat. Mutasi baru ini disebut D614G
karena mengubah asam amino 614 dan D (asam asparat) ke G (glisin). Ini

memungkinkan virus bereplikasi dengan cepat, sebagaimana ditulis Journal of American
Medical Association (JAMA).(tribun network/dit/reuters/wly)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini