News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Anies Sebut Isolasi Mandiri Kurang Efektif, Pasien Covid-19 Wajib Isolasi di Fasilitas Pemerintah

Penulis: Faisal Mohay
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anies Baswedan.

TRIBUNNEWS.COM - Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, mengeluarkan kebijakan baru terkait isolasi mandiri pasien Covid-19.

Ia menjelaskan jika pasien yang telah dinyatakan positif Covid-19 tidak lagi diperbolehkan menjalani isolasi mandiri di rumah dan harus menjalani isolasi di tempat yang sudah dipersiapkan oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta.

Meskipun, pasien yang dinyatakan positif tersebut termasuk dalam golongan orang tanpa gejala.

Menurutnya, hal ini dilakukan sebagai upaya pemprov DKI Jakarta dalam memutus mata rantai Covid-19.

"Kita siapkan regulasinya bahwa isolasi itu dikelola oleh pemerintah sehingga bisa lebih efektif dalam memutus mata rantai," ujarnya dilansir YouTube Warta Kota Production, Selasa (1/9/2020).

Anies mengungkapkan, banyak dari pasien yang menjalani isolasi mandiri tidak efektif dan menyebabkan penyebaran Covid-19.

"Karena tidak semua dari mereka yang terpapar dapat melakukan isolasi dengan baik di rumah masing masing."

"Kalaupun mereka memiliki tempat tinggal yang cukup luas tapi belum tentu kedisiplinan dan pengetahuan protokol kesehatan dimiliki," ungkapnya.

Baca: Aturan Ganjil Genap di Jakarta Dikritik Satgas Covid-19 hingga Forum Warga Kota

Jika sebelumnya kewajiban isolasi di rumah sakit hanya untuk pasien positf Covid-19 yang tinggal di daerah pemukiman padat, kini kewajiban itu berlaku untuk semua warga DKI Jakarta.

"Selama ini yang dianjurkan untuk melakukan isolasi di fasilitas pemerintah adalah warga yang tinggal di pemukinan padat yang tidak bisa melakukan isolasi secara mandiri."

"Ke depan semua akan diisolasi  difasilitasi milik pemerintah dengan begitu kita akan bisa memutus mata rantai secara efektif," imbuhnya.

Sebelumnya, DKI Jakarta mencatatkan rekor penambahan kasus positif Covid-19 harian tertinggi pada Minggu (30/8/2020).

Kasus baru Covid-19 di DKI Jakarta pada hari Minggu kemarin mencapai angka 1.094 kasus sehingga total kasus Covid-19 di DKI Jakarta sebanyak 39.280 kasus.

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menanggapi rekor penambahan kasus harian tersebut.

Menurutnya, tingginya angka pasien baru di Jakarta karena tes yang terus dilakukan.

Update Covid-19 (Grafis Tribunnews.com/Ananda Bayu S)

"Kegiatan testing-nya bervariasi setiap minggu tapi rata-rata kita tiap minggu antara empat sampai lima kali lipat lebih tinggi daripada yang diharuskan WHO. Jadi secara aktifitas testing kita tertinggi," ujarnya dilansir YouTube Kompas TV, Senin (31/8/2020).

Baca: Menpan RB Sedang Rumuskan Surat Edaran Baru Atur 75 Persen ASN di Jakarta Bekerja di Rumah

Ia menjelaskan, tes yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta untuk mengetahui status Covid-19 di Jakarta.

"Bahkan hari kemarin, hari Minggu, di laporan itu 43 persen dari testing seluruh Indonesia itu dilakukan di Jakarta."

"Konsekuensinya angka positif menjadi lebih banyak. Ya karena kita melakukan testing. Tapi dengan cara seperti itu kita mengetahui dengan senyatanya status Covid di Jakarta," imbuh pria 51 tahun ini.

Menurut Anies, publik jangan hanya melihat penambahan kasus harian yang ada di Jakarta, tetapi juga harus melihat rendahnya angka kematian di Jakarta.

Selain angka kematian yang rendah, angka pasien Covid-19 yang sembuh di Jakarta juga tinggi.

"Kita menemukan kasus baru yang masuk dalam sistem yang disebut active case kasus baru. Lalu ada yang di ujung sistem ini ada dua. Satu recovery satu meninggal. Nah, Alhamdulillah dalam pekan terakhir ini jumlah kasus aktif menurun secara signifikan."

"Artinya apa jumlah orang yang harus isolasi atau dirawat jumlahnya berkurang. Kasus diukur dengan angka kasus baru dikurangi angka sembuh dikurangi angka meninggal nah disisi lain angka meninggal kita turun," ungkapnya.

Ia membandingkan presentase angka kematian di Jakarta, Indonesia dan dunia.

Hasilnya, angka kematian di Jakarta lebih rendah daripada di Indonesia maupun dunia.

"Jakarta case fatality 3 persen, dunia 3,4 persen, Indonesia 4,3 persen. Indonesia tanpa Jakarta case fatalitynya 4,7 persen," ungkap pria kelahiran Kuningan ini.

Menurutnya, melakukan tes secara terus menerus akan dapat mendeteksi status Covid-19 di Jakarta.

Dengan angka-angka tersebut, Anies menjelaskan jika kasus Covid-19 di DKI Jakarta bisa terkendali.

"Ini membuktikan aktifitas testing yang kita lakukan membuat kita bisa mendeteksi kasus secara dini sehingga mereka punya penyekit bawaan atau resiko bisa dilakukan isolasi dini, bisa dirawat sehingga tidak terjadi kematian."

"Indikasinya sederhana angka kematiannya seperti apa. Jadi meskipun jumlah kasus baru naik tapi kasus aktif menurun dan angka kematian rendah artinya penanganan relatif terkendali," ujarnya.

(Tribunnews.com/Mohay)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini