TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Retno Ayu Adisti, putri pertama dari dokter Riyanto Sp.OG tidak kuasa menahan tangis saat menceritakan ayahnya yang meninggal dunia karena terpapar Covid-19 saat bertugas sebagai tenaga medis.
Dokter Riyanto meninggal dunia karena terpapar Covid-19 pada 26 Agustus 2020 lalu.
Dalam diskusi daring Lapor Covid-19, Retno mengungkapkan sosok ayahnya yang dinilai pekerja keras.
"Bapak saya sudah menjadi dokter kandungan di Tuban ini sejak 20 tahun lebih dan beliau ini juga termasuk orang yang semangat sekali bekerja di usia 70 tahun di saat hadapan pandemi begini, di saat banyak teman sejawat yang berhenti praktik beliau ini masih sayang sama pasien-pasiennya," kata Retno dalam diskusi daring Lapor Covid-19, Sabtu (5/9/2020).
Retno mengatakan ayahnya selama ini telah melaksanakan protokol Covid-19 saat bertugas sebagai tenaga medis, di antaranya dengan menggunakan kelengkapan alat pelindung diri (APD).
Baca: 100 Dokter Meninggal Selama Pandemi, Doni Monardo Sampaikan Duka Cita
"Biasanya banyak yang ingin lahiran sama papa dan sebagainya. Selama ini kita juga sudah menyiapkan Papah bagaimana menggunakan APD segala macam. Cuman kita masih tidak menyangka kalau papah harus berpulang karena Covid-19," jelasnya.
Saat terpapar Covid-19, ia mengatakan ayahnya termasuk pasien tanpa gejala.
Sebaliknya, kata Retno, sang ayah tampak sehat sebelum meninggal dunia.
"Justru waktu papah itu nggak ada gejala sama sekali sih. Makanya kita juga enggak menyangka. Cuma sepeninggal papa seperti ini saya baru menyadari karena papa sangat sibuk," tuturnya.
Retno menyampaikan kesedihannya karena tak bisa mendampingi ayahnya saat pemakaman.
Dia berharap tidak ada korban-korban lainnya yang meninggal karena Covid-19.
"Harapannya pandemi ini segera berakhir dan tidak ada lagi keluarga-keluarga yang kehilangan dikarenakan penyakit Covid-19," ujarnya.
Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Doni Monardo berencana akan menggunakan Tower 4 dan 5 Wisma Atlet Kemayoran untuk digunakan sebagai flat isolasi mandiri bagi warga yang terinfeksi virus SARS-CoV-2, dan tak memiliki tempat tinggal yang tidak memenuhi syarat protokol kesehatan.
Baca: Anies Meniadakan Isolasi Mandiri, Dokter Covid-19: Mencemaskan Sekali, Kami Semua Sudah Berjatuhan
Dua flat Wisma Atlet tersebut akan mulai digunakan pada Selasa (8/9/2020) pekan depan.
"Pemerintah akan menyiapkan Flat Isolasi Mandiri bagi warga yang positif Covid-19 tapi tak memiliki tempat. Rencana kami akan menggunakan Tower 4 dan Tower 5 Wisma Atlet Kemayoran sebagai Flat Isolasi Mandiri mulai Selasa (8/9/2020) pekan depan," kata Doni.
Dalam inspeksi yang dilakukan bersama perwakilan dari Kementerian Kesehatan, Kementerian PUPR, dan BUMN serta didampingi oleh Koordinator Satgas RS Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran Mayjen TNI (CKM) Dr. dr. Tugas Ratmono, Sp.S., M.A.R.S., M.H tersebut, Doni berharap kebutuhan fasilitas air dan listrik dapat disiapkan dengan baik, sehingga Tower 4 dan 5 dapat segera dioptimalkan.
"Kami harapkan fasilitas air dan listrik sudah siap sehingga Tower 4 sudah dapat digunakan dan segera menyusul Tower 5," jelas Doni.
Dalam sepekan terakhir, penambahan warga yang terpapar virus corona jenis baru ini semakin naik.
Data terbaru per hari Jumat (4/9/2020) sampai pukul 12.00 WIB tercatat ada penambahan 3.269 orang dan total warga yang positif terinfeksi wabah coronavirus menjadi 187.537 orang.
Pada kesempatan yang sama, Doni Monardo yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyampaikan keprihatinan atas gugurnya 100 dokter selama wabah coronavirus ini.
Baca: Tes PCR Disebut Lebih Akurat DARI Rapid Tes, Mengapa? Ini Penjelasan Dokter Patologi Klinik
Doni kembali mengingatkan bahwa seharusnya dokter dan tenaga medis menjadi benteng terakhir dalam melawan Covid-19.
Dalam hal ini, masyarakat diharapkan dapat menjadi garda terdepan guna memutus mata rantai penyebaran virus corona penyebab Covid-19.
"Saya turut berduka cita atas meninggalnya dokter-dokter selama pandemic Covid-19. Dokter-dokter mestinya menjadi benteng terakhir," kata dia.
"Yang berada di garis terdepan adalah kita semua, bukan para dokter atau tenaga kerja. Kalau kita sayang dengan dokter-dokter yang merupakan aset bangsa kita harusnya patuh pada protokol kesehatan untuk memutus mata rantai penyebaran wabah coronavirus," ungkap Doni Monardo. (tribun network/igm/wik)