Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Warga Tangerang bernama Yayas (27) sempat dibuat cemas setelah mengetahui hasil rapid tesnya dinyatakan reaktif di sebuah acara di kawasan Jakarta Selatan, Rabu (9/9/2020) lalu.
Saat itu ia harus bekerja diluar dan menghadiri acara tatap muka.
Merasa dirinya sehat, Yayas pun tidak ragu untuk hadir dan melakukan rapid test sebelum masuk ke tempat acara tersebut.
“Saya sudah pernah di rapid test sebelumnya, waktu itu hasilnya negatif. Jadi pas harus di rapid tes lagi ya saya nggak terlalu khawatir,” katanya saat di wawancara Tribunnews, Selasa (15/9/2020).
Namun setelah 15 menit melakukan rapid test, ia kembali dipanggil petugas dan diberitahu bahwa hasilnya reaktif.
Baca: Ade Firman Hakim Meninggal Dunia Akibat Asma Akut, Hasil Tes Swab Tunjukkan Non-Reaktif
Baca: Ade Firman Hakim Sempat Stress Karena Diperlakukan Seperti Pasien Covid-19
Baca: BREAKING NEWS, Keluarga Ralat Kabar Penyebab Ade Firman Hakim Meninggal, Bukan Indikasi Covid-19
Berusaha untuk tetap tenang, ia mencoba menanyakan prosedur pada petugas setempat dan disarankan untuk melakukan PCR/Swab test untuk memastikan hasil dari rapid tersebut.
Segera ia menghubungi kantor tempat ia bekerja untuk menanyakan prosedur yang harus dilalui.
“Saya telepon kantor, saya telepon koordinator saya dan disarankan untuk Swab dengan biaya yang di cover perusahaan,” kata Yayas
Pekerjaannya sebagai jurnalis memang terkadang mengharuskan dirinya untuk ke sejumlah lokasi untuk mendapatkan informasi secara langsung dan dokumentasi, sehingga dia tidak mengetahui dimana tepatnya lokasi ia terpapar virus.
“Tapi seorang teman yang berprofesi di bidang kesehatan kasih tau saya kalau rapid itu mendeteksi semua jenis virus. Jadi nggak cuma virus covid. Makanya saya perlu Swab test juga,” ujar Yayas.
Diketahui, Yayas sempat terkena flu sebulan sebelumnya. Ia menduga bisa jadi hasil rapidnya yang reaktif disebabkan virus flu tersebut.
Perusahaan tempatnya bekerja bekerja sama dengan salah satu Rumah Sakit swasta. Namun dia belum bisa melakukan swab pada hari itu juga karena kapasitas penuh, dan didaftarkan untuk melakukan swab keesokan harinya.
“Saya agak cemas disitu, karena berarti saya harus pulang ke rumah dengan kondisi saya belum tau ini saya positif atau negative covid. Saya khawatir ini jadi kluster juga di keluarga saya,” ujar Yayas.
Setelah memberitahu keluarganya, keluarganya pun menerima dan bersiap dengan segala konsekuensinya.
Termasuk mempersiapkan sejumlah dana yang nanti diperlukan jika Yayas dinyatakan positif tertular covid-19.
“Besoknya saya swab dengan layanan drive thru di Rumah Sakit swasta kawasan Bintaro yang ditunjuk perusahaan. Hasilnya dikirim malam sekitar jam 2 pagi dan saya dinyatakan negatif covid,” katanya.
Tes PCR yang dilaluinya tidak hanya mendeteksi virus SARS-Cov-2, tapi juga mendeteksi E Gene serta RdRp yang semua dinyatakan negatif.
“Alhamdulillah semua dinyatakan negatif,” katanya.
Harga swab test di Rumah Sakit (RS) swasta berkisar di angka lebih dari Rp 1 juta. Yayas bersyukur perusahaan yang menanggung biaya swabnya saat itu.
Kebanyakan RS swasta melayani pemeriksaan rapid maupun swab diluar rumah sakit untuk mencegah orang yang positif covid-19 masuk kawasan dalam RS.
Yayas menyarankan bagi yang berencana melakukan tes rapid atau swab/PCR untuk datang lebih pagi menghindari antrian yang mobil panjang di Rumah Sakit.
Ia juga menyisipkan pesan kepada masyarakat untuk menjaga imunitas, rajin olahraga dan makan makanan bergizi serta menggunakan masker.
Yayas juga mengimbau masyarakat untuk sebaiknya tidak bepergian jika tidak ada kebutuhan mendesak.
“Sebaiknya kalau nggak butuh banget untuk urusan kerja/dinas nggak usah keluar kota dulu. Yang dari Jakarta juga jangan keluar ke kota-kota lainnya karena berpotensi menularkan virus orang di luar kota Jakarta,” katanya.
Dorongan pihak keluarga dan pihak perusahaan disebutnya sangat membantu untuk menindaklanjuti kejadian yang dialaminya, sehingga dia tidak terlalu merasa cemas untuk konsekuensi kedepannya.
Ia juga berpesan agar masyarakat menyiapkan sejumlah dana cadangan kesehatan untuk mengantisipasi jika kejadian seperti yang dialaminya terjadi pada orang lain.
“Keluarga saat itu sudah cukup siap baik secara dana dan secara moral, perusahaan juga mendukung, jadi saya tidak terlalu stress untuk menghadapi konsekuensi misalnya saya dinyatakan positif covid,” tutupnya.
--