News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Tak Dialami Pasien OTG, Kenali Gejala Happy Hypoxia, Jangan Tunggu Sesak Napas, Waspada Bibir Biru

Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga yang mengalami sesak napas di Kantor Dinas Kesehatan, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu (21/9/2019) siang. Tribun Pontianak/Anesh Viduka

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kurangnya kadar oksigen di dalam darah alias 'Happy Hypoxia' kini sedang menjangkiti pasien yang terjangkit covid-19.

Dokter Spesialis Paru Dr. Erlina Burhan M.Sc, Sp.P menuturkan, Happy Hypoxia hanya terjadi pada pasien bergejala
Covid-19. 

Erlina menambahkan, 'Happy Hypoxia' bukanlah penyakit yang berdiri sendiri melainkan geJala atau kondisi yang dialami pasien Covid-19.

"Jangan panik Happy Hypoxia tidak terdapat pada orang tanpa gejala (OTG) Covid-19, ini terjadi pada orang yang bergejala Covid-19, jarang sekali terjadi pada OTG," kata dia, Rabu(16/9/2020).

Untuk itu, Erlina menuturkan penting bagi setiap pasien Covid-19 mengetahui gejala 'Happy Hypoxia', jika terlambat tertangani dapat berujung kematian.

Satgas Waspada dan Siaga NcoV PB IDI, Erlina Burhan dalam kanal YouTube Indonesia Lawyers Club, Selasa (3/3/2020). (YouTube Indonesia Lawyers Club)

"Jangan tunggu sesak nafas karena tidak ada gejala sesak nafasnya. Lihat satu tanda saja segera ke
rumah sakit," ujarnya.

Ia menerangkan, 'Happy Hypoxia' adalah kurangnya oksigen di dalam darah, dimana orang normal dan sehat memililki kadar oksigen 95-100 persen di dalam darahnya.

Sementara yang sakit hanya 60-70 persen.

"Mestinya orang yang kurang oksigen itu akan sesak tapi ini tidak terjadi beberapa pasien Covid-19 dengan gejala 'Happy Hypoxia'. Kenapa? karena adanya kerusakan pada saraf yang menghantarkan sensor saraf ke otak. Lalu otak tidak dapat memberikan respon terhadap sesak tapi pasien tidak ada gejala atau tidak sesak nafas," jelasnya.

Baca: Mencegah Happy Hypoxia pada Pasien Covid-19

Dokter Paru di RS Persahabatan ini menerangkan tanda pasien Covid-19 mengalami Happy Hypoxia, yaitu bila gejala covid-19 bertambah, batuk menetap, tubuh makin lemas, bibir dan ujung jari membiru.

"Jangan tunggu sesak jika ada tanda-tanda itu segera larikan ke rumah sakit. Kesadaran menurun dan obatnya hanya satu yaitu oksigen," ujarnya.

Meski tak terjadi pada setiap orang, Erlina mengingatkan agar semua orang displin menjalankan protokol kesehatan, agar menekan laju kasus positif virus corona."Happy Hypoxia tidak terjadi pada setiap orang. Jadi yang perlu dijaga jangan sampai sakit covid-19. Sederhana saja 3M pakai masker, jaga jarak, sering mencuci tangan,"
tuturnya.

Infografis Mengenal Gejala Happy Hypoxia pada Pasien Covid-19, Kamis (20/8/2020). TRIBUNNEWS/Reza Arief Darmawan (TRIBUN/Reza Arief Darmawan)

Pengalaman Penyintas Covid-19
Sementara itu Tri Maharani adalah penyintas Covid-19, yang bertugas sebagai kepala unit gawat darurat di Rumah Sakit Daha Husada, Kediri, Jawa Timur.

Ia terinfeksi virus corona awal Juni lalu. Hari-hari pertama terinfeksi, ia tak mengalami gejala.

Tapi setelah pemeriksaan, kadar oksigen dalam darahnya (saturasi) berada di bawah ambang batas
normal.

"Kondisinya oke-oke saja, tapi pas dicek saturasi, saturasinya rendah, kemudian di-foto ulang, ternyata pneumonia saya jadi lebih berat lagi," kata kata dokter Tri Maharani.

Dokter khusus penanganan medis darurat ini meyakini, sempat mengalami kondisi happy hypoxia.

"Memang di hari-hari awal itu saya tidak mengalami keluhan sama sekali. Saya baru mengalami keluhan itu lima hari. Setelah dirawat," katanya.

Istilah happy hypoxia baru-baru ini menjadi perbincangan publik. Sebuah gejala hening yang membuat orang yang terinfeksi Covid-19, tanpa sadar tubuhnya mengalami kekurangan oksigen, sehingga dapat menimbulkan hilang kesadaran, koma hingga kematian secara tiba-tiba.

Riset mengenai kondisi pasien Covid-19 dengan happy hypoxia sudah diteliti sejak beberapa bulan lalu.

Di Jawa Tengah, pejabat setempat menyebut rata-rata pasien Covid-19 di sana mengalami gejala Happy Hypoxia.

Namun, juru bicara Satgas Covid- 19 Jawa Tengah mengatakan, Happy Hypoxia bukan hanya di Jawa Tengah, tapi dapat terjadi terhadap seluruh pasien Covid-19 di seluruh dunia.

Gejala happy hypoxia diperkirakan sudah ditemukan sejak novel coronavirus menjadi wabah di Wuhan, China. Dalam satu artikel di Springer-Verlag GmbH Germany yang dipublikasi awal Maret 2020, dikatakan banyak pasien covid-19 yang berusia lanjut di Wuhan mengalami gagal napas, tapi tanpa disertai tanda-tanda adanya gangguan
pernapasan.

Saat itu, istilah yang digunakan adalah silent hypoxemia, yang kemudian berkembang menjadi happy hypoxia.

Disebut happy, karena pasien tidak mengalami napas tersenggal-senggal, sehingga tetap terus beraktivitas, tanpa mengetahui oksigen dalam darahnya kurang.

"Jadi artinya, pasien bergejala, batuk, atau demam, lemas, tidak enak badan, tapi dia tidak terlihat sesak, masih tetap melakukan aktivitas hari-harinya, masih makan, masih menelpon, masih tersenyum, masih bisa mandi, bisa berjalan, tapi sesungguhnya kondisinya berbahaya karena kadar oksigen itu akan terus (turun)," kata Erlina Burhan.

Kepala Divisi Infeksi Paru Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi RSSA, Yani Jane Sugiri menyebut seseorang yang mengalami kondisi happy hypoxia, pasti memiliki gejala, yang biasanya dialami tubuh seperti kelelahan dan sakit kepala.

"Bahkan napas pendek, atau mereka kadang-kadang, tidak suka makan. Tapi merasa masih bisa beraktivitas. Sebenarnya, tidak tanpa gejala sama sekali," kata Yani.

Dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya ini juga mengaku sering menangani pasien Covid-19 dengan kondisi happy hypoxia.

Kata dia, kecenderungannya pasien yang mengalami gejala ringan, enggan untuk dirawat.

"Mereka menolak opname, karena takut, ada pemulasaran jenazah covid seperti itu. Mereka pulang dan datang kembali sudah dalam keadaan berat, yang seperti ini juga angka kematiannya cukup besar," kata dokter Yani.

7 Solusi Alami Meringankan Sesak Nafas (boldsky.com)

Cara Sederhana Deteksi Kadar Oksigen Dalam Tubuh

Sementara itu, juru bicara Covid-19 Universitas Sebelas Maret (UMS), Jawa Tengah, Tonang Dwi Ardiyanto mengatakan kadar oksigen dalam darah bisa dideteksi dengan alat, pulsasi oksimeter.

Saat ini pulsasi oksimeter banyak diburu dan harganya pun melangit.

Namun, tanpa alat tersebut, kata dia, pasien juga bisa melakukan deteksi tanda-tanda happy hypoxia.

Caranya, duduk tegap, dan mengambil napas dalam-dalam sebanyak 2-3 kali.

"Kalau pada orang biasa, tidak ada masalah dengan hypoxia, mestinya tidak masalah. Tapi
kalau ada risiko ke arah sana ada timbul batuk. Jadi seperti tersedak-sedak. Itu ada
tanda-tandanya mengarah ke hypoxia," kata dokter Tonang.(Tribun
Network/rin/bbc/kps/wly)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini