News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Beri Hukuman Malah Banyak yang Melawan, Ini Dilema Ganjar Pranowo Bangun Kesadaran Memakai Masker

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat webinar Kompas Talks bertema 'Strategi Indonesia Keluar dari Pandemi' bersama Kagama, Sabtu (24/10/2020).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengungkap hal-hal yang ia lakukan dalam mendorong kesadaran masyarakat menggunakan masker di tengah pandemi Covid-19.

Awalnya Ganjar bercerita sebenarnya Jawa Tengah memiliki Perda Tahun 2013 tentang penyakit menular dan penyakit tidak menular.

Didalamnya, Ganjar menambahkan Peraturan Gubernur yang memasukkan Covid-19. Tercantum dalam Pergub tersebut hukuman yang tak mengenakan masker itu bisa dikenakan denda maksimum Rp50 juta, bahkan kurungan penjara sampai dengan 6 bulan.

"Tapi semua tidak ingin menggunakan ini karena ini hukumannya ngeri kalau tidak pakai masker dan dipenjara. Kalau dikurung lalu apa yang terjadi? Akan terjadi penularan disana," ujar Ganjar, saat webinar Kompas Talks bertema 'Strategi Indonesia Keluar dari Pandemi' bersama Kagama, Sabtu (24/10/2020).

Ganjar mengatakan pendekatan agar masyarakat menggunakan masker dengan penerapan hukuman ternyata tak berjalan dengan baik. Pihaknya banyak mendapati masyarakat melawan.

Politikus PDI Perjuangan itu sendiri sampai ditegur oleh psikolog, sosiolog, hingga budayawan. Ganjar mengatakan diproses mengapa selalu menggunakan narasi yang menghukum.

Baca juga: Ganjar Pranowo Mengaku Terpaksa Jadi YouTuber Demi Edukasi Masyarakat Soal Covid-19

Baca juga: Terjaring Razia Masker, Pelajar 16 Tahun di Tegal Sebut Corona Itu Konspirasi Asing

Polisi yang berjaga di depan Gedung Grahadi membagikan dan memasangkan masker kepada elemen buruh dan mahasiswa dari Gerakan Tolak Omnibus Law (Getol) yang tidak memakai masker saat menggelar aksi unjuk rasa, di Kota Surabaya, Jawa Timur, Selasa (20/10/2020). Rencananya mereka akan menggelar aksi unjuk rasa menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja hingga 23 Oktober 2020. Surya/Ahmad Zaimul Haq (Surya/Ahmad Zaimul Haq)

"Mereka menyampaikan kepada saya, 'Mas Ganjar kenapa narasinya selalu menghukum, kenapa tidak dibalik dengan edukasi dengan narasi positif?'. Maka kemarin kita coba membuat suatu aksi dari Satpol PP yang membawa hadiah. Jadi yang lewat itu kita tangkap, yang pakai masker itu kita tangkap, kaget kan mereka, tapi kita kasih hadiah gitu," jelas Ganjar.

Dia berharap cara pemberian hadiah akan mendorong orang mau menggunakan masker.

Hanya saja Ganjar menghadapi dilema dimana lebih banyak orang yang menggunakan masker.

"Tapi ya nggak tahu ya wong yang pakai lebih banyak, hadiahnya sampai kapan gitu kan. Ya saya bilang ini dirandom aja. Apakah kemudian ini cukup efektif? Ya belum," imbuhnya.

Ganjar mengatakan banyak dari pihaknya yang berkali-kali menangkap orang tak menggunakan masker harus kerap berdebat.

Belum lagi jika yang melanggar protokol kesehatan tersebut adalah tokoh.

"Anda percaya nggak? Kita itu berkali-kali nangkap orang yang nggak pakai masker, itu berkelahinya luar biasa. Mohon maaf, apalagi yang tokoh, itu tidak mudah," tegasnya.

Jelang Maulid Nabi, Ganjar pun berharap sosok seperti Kiai Haji Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus lebih banyak bermunculan dan ditiru.

Menurut Ganjar, Gus Mus adalah sosok yang menaati protokol kesehatan dan terus mengedukasi masyarakat untuk tak melanggar protokol kesehatan.

"Gus Mus itu sadar betul, beliau edukasi dan kemana-mana pakai masker, bahkan ketika anak cucunya potret saja beliau mengomentari 'anak-anakku lagi kangen, pengen foto bareng tapi lihat mereka tetap pakai masker'. Itu keren menurut saya," ungkap Ganjar.

"Maulid Nabi begini beliau juga akan streaming, dan menggunakan teknologi buat Gus Mus itu menjadi sesuatu yang sangat biasa. Nah yang begini kita jadikan champion, pioneer, terus kemudian kita dorong," imbuhnya.

Namun, kepada pihak yang menganggap remeh Covid-19, Ganjar mengatakan pendekatan yang dilakukan haruslah sangat ketat. Regulasi atau hukuman tak akan berpengaruh kepada pihak seperti itu, karenanya Ganjar memilih pendekatan dengan edukasi.

"Yang lain mengatakan nggak apa-apa. 'ini cukup makan bawang merah aja sembuh, itu sudah minggat sendiri'. Walah yang begini ini pendekatannya sekarang sangat ketat sekali, maka dengan regulasi tidak cukup. Kita tidak cukup hanya dengan deterent effect, dengan menghukum itu rasa-rasanya kurang, maka saya mencari cara yang lain dengan menggunakan narasi positif dan edukasi," tandasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini