Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rapid test antigen CePAD hasil karya Tim Pengembang Universitas Padjadjaran (Unpad) telah memperoleh izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada November 2020 dan memiliki akurasi mencapai 84 persen.
Seorang anggota tim Unpad, Muhammad Yusuf mengatakan bahwa alat rapid test tersebut telah siap untuk didistribusikan.
Namun terkait penggunaan alat screening virus corona (Covid-19) ini, masih terbatas pada wilayah Jawa Barat.
Baca juga: Menristek Harap Satgas Covid-19 Pakai GeNose dan CePAD untuk Deteksi Virus Corona
"Cepad siap diedarkan karena sudah memiliki izin edar. Saat ini memang penggunaannya masih terbatas di lingkungan Bandung dan Jawa Barat saja," ujar Yusuf, dalam konferensi perse virtual Genose UGM dan CePAD UnPAD, Senin (28/12/2020) sore.
Kendati demikian, ia menargetkan masyarakat luas bisa memanfaatkan CePAD pada 2021 mendatang.
"Tapi mudah-mudahan di tahun 2021 ini sudah bisa dimanfaatkan oleh masyarakat yang lebih luas," jelas Yusuf.
Baca juga: Alat Terapi Oksigen High Flow Nasal Cannula Dibantukan ke Rumah Sakit Rujukan Covid-19 di Jateng
Terkait pemasaran ke luar negeri, Dosen Kimia FMIPA Unpad ini mengaku masih fokus untuk memenuhi persyaratan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terlebih dahulu.
"Apakah nanti akan ekspor atau tidak? Tentunya yang perlu kami upayakan untuk dikejar itu adalah memenuhi persyaratan WHO," kata Yusuf.
Baca juga: Selama Covid-19, Kemenperin Cabut 339 Izin Operasional Perusahaan
Ia pun menjelaskan bahwa Tim Pengembang UnPAD terus berupaya memenuhi syarat sebagai rapid test antigen sesuai standarisasi WHO dan upaya tersebut pun akhirnya berhasil.
Perlu diketahui, WHO menetapkan standar batasan alat tes Covid-19 sebesar 80 persen.
Sedangkan tingkat akurasi yang dihasilkan rapid antigen CePAD mencapai angka 84 persen.
"Jadi memang awal-awal ketika kami mendaftarkan produk, awalnya kami belum resmi. Tapi kami juga senantiasa meningkatkan sensitivitas dan lain lain, alhamdulillah kemarin kita sudah di angka di atas persyaratan WHO sebagai rapid antigen," ujar Yusuf.
Ia menyatakan tidak menutup kemungkinan bahwa inovasi ini bisa turut dipasarkan di luar negeri juga.
"Jadi mudah-mudahan ada upaya untuk bisa mengglobalkan produk ini," ujar Yusuf.