TRIBUNNEWS.COM - Alat deteksi virus corona (Covid-19) hasil inovasi Universitas Gadjah Mada (UGM), GeNose C19 diklaim mempunyai tingkat akurasi 93 persen.
Dikatakan Tim Peneliti GeNose UGM, dokter Dian Kesumapramudya Nurputra, pihaknya telah melakukan uji klinis alat deteksi tersebut selama 2 bulan.
Uji klinis dilakukan di delapan rumah sakit dengan melibatkan 2.000 subyek.
Dari hasil uji klinis menunjukkan tingkat senstivitas GeNose sekira 90-92 persen, dan spesifisitas-nya 95-96 persen.
"Dari hasil uji klinis kita kemarin selama 2 bulan di 8 rumah sekit dengan 2.000 subyek, kita dapatkan senstivitas-nya itu sekitar 90-92 persen, spesifisitas-nya 95-96 persen, dengan akurasi 93 persen," terang Dian dalam video yang diunggah kanal YouTube Apa Kabar Indonesia Tvone, Senin (28/12/2020).
Selanjutnya, Dian memaparkan perbedaan tes GeNose dengan rapid test antibodi dan rapid test antigen.
Rapid test antibodi merupakan tes yang dilakukan dengan memeriksa respon antibodi terhadap virus corona.
Rapid test antibodi juga baru terdeteksi di hari ke 4 atau ke 5 setelah terinfeksi.
Baca juga: Sudah Dapat Izin Edar dari Kemenkes, Biaya Tes Covid Genose Dibanderol Rp 25 Ribu
Baca juga: Ada 8 Titik, Test Covid-19 di Bandara Soekarno-Hatta Kembali Dibuka untuk Umum
Lalu, rapid test antigen merupakan tes yang dilakukan dengan memeriksa partikel virus yang diambil dari tenggorokan.
Sedangkan tes GeNose merupakan tes yang dilakukan dengan memeriksa metabolisme dari virus yang bentuknya berupa volatile organic compounds (VOC).
"Ini (GeNose) yang diperiksa adalah metabolisme dari si virus yang disebut VOC, di situ sar cov-2 mempunyai metabolisme yang polanya spesifik," kata Dian.
Namun demikian, Dian menyebut GeNose tidak akan menggantikan PCR untuk mendeteksi Covid-19.
Alat tes seberat 50 kilogram itu, nantinya akan digunakan untuk sebagai alat skrining.
"Kita lebih mengutamakan memang alat ini dipakai untuk skrining. Jadi dipasang di depan, sementara kalau ketemu positif konfirmasi lah dengan PCR."