CePAD dan GeNose, menurut Bambang, dapat memperkuat pemantauan perkembangan Covid-19 di Indonesia.
"Bagian dari penggunaan alat yang akan diperkenalkan ini memang terkait dengan surveilans. Surveilans adalah satu upaya yang tidak boleh ditinggalkan dalam upaya kita menangani Covid-19," ucap Bambang.
Keakuratan CePAD dan GeNose
Rapid test antigen CePAD hasil karya Tim Pengembang Universitas Padjadjaran (UnPAD) telah memperoleh izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada November 2020 dan memiliki akurasi mencapai 84 persen.
Ia pun menjelaskan bahwa Tim Pengembang UnPAD terus berupaya memenuhi syarat sebagai rapid test antigen sesuai standarisasi WHO dan upaya tersebut pun akhirnya berhasil.
Perlu diketahui, WHO menetapkan standar batasan alat tes Covid-19 sebesar 80 persen.
Sedangkan tingkat akurasi yang dihasilkan rapid antigen CePAD mencapai angka 84 persen.
Bagaimana dengan GeNose?
Menteri Riset dan Teknologi/ Kepala Badan Riset Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro mengungkapkan alat deteksi Covid-19 mampu digunakan hingga 100 ribu kali.
Menurut Bambang, alat ini dapat dipakai untuk puluhan ribu pasien dalam jangka waktu lama.
"Bisa 100 ribu kali testing dengan alat yang sama. Alatnya itu bukan berarti habis saat 100 ribu dipakai, tapi harus istilahnya disetel ulang ya atau sedikit diperbaiki. Agar bisa dipakai lagi untuk kesempatan yang berikutnya," ungkap Bambang dalam konferensi pers virtual, Senin (28/12/2020).
Selain itu, Bambang mengatakan GeNose sangat praktis digunakan, hanya melalui hembusan nafas. Hasilnya juga relatif cepat, yakni maksimal lima menit.
GeNose juga tidak membutuhkan reagen seperti perangkat Polymerase Chain Reaction (PCR). Bambang mengungkapkan alat ini tidak membutuhkan alat atau bahan tambahan yang kadang sulit didapatkan.
"Biayanya menjadi relatif terjangkau ya. Memang ada kebutuhan tambahan di luar mesinnya ya. Di luar mesinnya dibutuhkan namanya non re-breathing masker dan hepa filter sekali pakai," ucap Bambang.
Data hasil pemeriksaan juga bisa terhubung ke Cloud system dan Internet of Things (IoT) untuk bisa diakses online.
Sehingga dapat membantu proses tracing dan tracking Covid-19 di sejumlah tempat.