Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Riset dan Teknologi/ Kepala Badan Riset Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro mengungkapkan alat deteksi Covid-19 GeNose mampu digunakan hingga 100 ribu kali.
Menurut Bambang, alat ini dapat dipakai untuk puluhan ribu pasien dalam jangka waktu lama.
"Bisa 100 ribu kali testing dengan alat yang sama. Alatnya itu bukan berarti habis saat 100 ribu dipakai, tapi harus istilahnya disetel ulang ya atau sedikit diperbaiki. Agar bisa dipakai lagi untuk kesempatan yang berikutnya," ungkap Bambang dalam konferensi pers virtual, Senin (28/12/2020).
Selain itu, Bambang mengatakan GeNose sangat praktis digunakan, hanya melalui hembusan nafas.
Hasilnya juga relatif cepat, maksimal lima menit.
Baca juga: GeNose, Alat Deteksi Virus Corona Karya Anak Bangsa Sudah Mulai Bisa Dipesan
GeNose juga tidak membutuhkan reagen seperti perangkat Polymerase Chain Reaction (PCR).
Bambang mengungkapkan alat ini tidak membutuhkan alat atau bahan tambahan yang kadang sulit didapatkan.
"Biayanya menjadi relatif terjangkau ya. Memang ada kebutuhan tambahan di luar mesinnya ya. Di luar mesinnya dibutuhkan namanya non re-breathing masker dan hepa filter sekali pakai," ucap Bambang.
Baca juga: Menristek: GeNose dan CePAD Tidak Bisa Gantikan Penggunaan PCR dalam Diagnosis Covid-19
Data hasil pemeriksaan juga bisa terhubung ke Cloud system dan Internet of Things (IoT) untuk bisa diakses online.
Sehingga dapat membantu proses tracing dan tracking Covid-19 di sejumlah tempat.
"Ini juga akan membuat nanti pergerakan-pergerakan besar misalnya di bandara, terminal, stasiun, maupun pusat pertokoan, termasuk di kampus, di kantor. Mudah-mudahan ini bisa lebih lancar kalau sistem online ini juga sudah berjalan baik," kata Bambang.
Kecanggihan GeNose
Alat GeNose mampu mendeteksi orang yang terinfeksi Covid-19 melalui nafas yang dihembuskannya.
Menteri Riset dan Teknologi/ Kepala Badan Riset Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro mengungkapkan GeNose menggunakan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence.
"Artificial intelligence yang melakukan upaya analisa dan memberikan hasil screening-nya apakah positif atau negatif," ujar Bambang dalam konferensi pers virtual, Senin (28/12/2020).
Bambang menjelaskan bahwa sampel pemeriksaan diambil melalui nafas.
Pihak yang diperiksa harus meniup plastik atau balon yang menyimpan sampel nafas tersebut.
Baca juga: Cara Kerja Tes Covid-19 GeNose Buatan UGM, Hasilnya Keluar dalam 2 Menit
Kemudian sampelnya dimasukkan ke sensing unit yang terdiri dari beberapa puluh sensor udara.
Sensor tersebut menggunakan pendekatan artificial intelligence akan dideteksi partikel atau VOC (Volatile Organic Compound) yang dikeluarkan spesifik pengidap covid-19.
Menurut Bambang, GeNose tidak mendeteksi virusnya melainkan senyawa yang terdapat pada orang yang terjangkit Covid-19.
"Jadi yang dideteksi di sini bukan virusnya ya, bukan virus covid-19.
Yang dideteksi di sini adalah partikel-partikel atau senyawa yang memang secara spesifik akan berbeda kalau dikeluarkan oleh orang yang mengidap Covid-19," tutur Bambang.
Baca juga: GeNose, Alat Deteksi Covid-19 Buatan UGM Tingkat Akurasinya sampai 93 Persen, Biaya Tes Rp 25 Ribu
GeNose dapat membedakan nafas yang dikeluarkan orang yang positif dan negatif Covid-19.
Seperti diketahui, GeNose merupakan perangkat yang mampu mendeteksi covid-19 menggunakan hembusan nafas. GeNose C19 secara resmi mendapatkan izin edar (KEMENKES RI AKD 20401022883) untuk mulai dapat pengakuan oleh regulator, yakni Kemenkes.