Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Prof dr Abdul Muthalib menjari sorotan karena dirinya menjadi orang yang menyuntikan vaksin Covid-19 Sinovac kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Saat proses penyuntikan, dr Abdul Muthalib terlihat gugup dan gemetar sesaat sebelum menyuntikan vaksin Sinovac kepada Presiden Jokowi.
Lalu, siapa sebenarnya sosok Prof dr Abdul Muthalib, SpPD-KHOM?
Baca juga: Usai Divaksin, Presiden Jokowi Berkegiatan Seperti Biasa: Tidak Terasa sama Sekali
Dikutip dari laman alodokter.com Rabu (13/1/2021), Prof dr Abdul Muthalib SppPD-KHOM merupakan Dokter Konsultan Penyakit Dalam Onkologi Medik (Kanker) yang saat ini berpraktik di Rumah Sakit Mayapada, Jakarta Selatan.
Sebelumnya, ia berpraktik di RS Medistra, Jakarta Selatan dan Rumah Sakit Gading Pluit, Jakarta Utara.
Pria kelahiran Jakarta, 3 Januari 1945 ini juga telah malang melintang dan berpengalaman dengan membuka praktik di Rumah Sakit di Jakarta.
Baca juga: PROFIL Profesor Abdul Muthalib, Ahli Penyakit Dalam yang Jadi Penyuntik Vaksin Presiden Jokowi
Mulai dari Dokter Spesialis Onkologi di Mayapada Hospital Jakarta Selatan, Dokter Spesialis Onkologi di RS Medistra, Jakarta Selatan dan Dokter Spesialis Onkologi di Rumah Sakit Gading Pluit, Jakarta Utara.
Ia dapat memberikan bantuan pelayanan medis terkait penyakit Kanker Penyakit Dalam.
Dr Abdul Muthalib menamatkan gelar pendidikan Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hematologi-Onkologi Medik di Universitas Indonesia pada tahun 1986.
Ia terhimpun dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia.
Saat ini, dr Abdul Muthalib juga berstatus sebagai Wakil Dokter Kepresidenan Republik Indonesia.
Berkegiatan Seperti Biasa
Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah disuntik vaksin Covid-19 di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu, (13/1/2021).
Presiden menjadi orang pertama yang menerima vaksinasi massal secara gratis.
Usai disuntik vaksin Covid-19 sekitar pukul 9.42 Wib, Presiden berkegiatan seperti biasa. Salah satunya berbincang dengan Menteri Sekretaris Negara Pratikno.
Sebelumnya usai disuntik, Presiden mengikuti proses observasi terlebih dahulu untuk mengantisipasi kemungkinan adanya kejadian Ikutan Pasca-imunasisi (KIPI). Proses observasi tersebut dilakukan di Ruang Oval, Istana Merdeka, selama sekitar 30 menit.
Untuk diketahui sekitar pukul 09.36 WIB, presiden mengikuti proses vaksinasi. Presiden yang mengenakan kemeja putih lengan pendek, tampak berjalan menuju teras Istana Merdeka yang telah ditata seperti tempat simulasi vaksinasi di puskesmas beberapa waktu lalu.
Sebelum disuntik vaksin, Presiden terlebih dahulu melakukan pendaftaran dan verifikasi data, serta penapisan kesehatan, antara lain pengukuran suhu tubuh dan tekanan darah.
Hasil penapisan kesehatan oleh petugas menunjukkan suhu tubuh Presiden saat diperiksa adalah 36,3 derajat celcius dan tekanan darah 130/67 mmHg.
Presiden juga menjawab sejumlah pertanyaan seputar riwayat kesehatan hingga dinyatakan sehat dan layak mengikuti vaksinasi.
Baca juga: Perwakilan Buruh dan Pedagang Ikut Vaksinasi Covid-19 Perdana di Istana Merdeka
Kepala Negara kemudian menuju meja berikutnya di mana proses penyuntikan dilakukan.
Adapun yang bertindak selaku vaksinator presiden adalah Wakil Ketua Dokter Kepresidenan, Prof. dr. Abdul Muthalib, Sp.PD-KHOM dengan dibantu seorang asisten yang mempersiapkan peralatan.
Vaksinator tampak menyuntikkan vaksin di lengan kiri Presiden Jokowi, sekitar pukul 09.42 WIB.
Proses penyuntikan pun berlangsung singkat. Lengan kiri atas presiden yang akan menjadi titik penyuntikan diolesi alkohol terlebih dahulu.
"Bagaimana, Pak?" tanya vaksinator.
"Tidak terasa sama sekali," jawab Presiden.
Untuk diketahui, vaksin yang disuntikkan kepada Presiden adalah vaksin CoronaVac buatan Sinovac Life Science Co.Ltd. yang bekerja sama dengan PT. Bio Farma (Persero).
Vaksin tersebut telah melalui sejumlah uji klinis yang melibatkan 1.620 relawan di Bandung.
Vaksin tersebut juga telah mengantongi izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan telah dinyatakan suci dan halal oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) sehingga dapat digunakan untuk program vaksinasi di Indonesia.
Vaksin Sinovac membutuhkan dua kali penyuntikan masing-masing sebanyak 0,5 mililiter dengan jarak waktu 14 hari. Untuk itu, para penerima vaksin akan mendapatkan kartu vaksinasi dan diingatkan untuk kembali menerima vaksin untuk kedua kalinya.
Sebelumnya, saat memberikan keterangan pada Rabu, 16 Desember 2020 di Istana Merdeka, Jakarta, Presiden menegaskan bahwa Kepala Negara akan menjadi penerima vaksin Covid-19 pertama kali. Hal ini untuk menepis keraguan masyarakat akan keamanan vaksin yang disediakan.
“Saya juga ingin tegaskan lagi, nanti saya yang akan menjadi penerima pertama divaksin pertama kali. Hal ini untuk memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada masyarakat bahwa vaksin yang digunakan aman,” kata Presiden saat itu.