Laporan wartawan tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Koordinator Dokter Lapangan Rumah Sakit Darurat (RSD) Covid-19 Wisma Atlet dr Arifin menyebut tingkat keterisian unit pada empat tower sudah lebih dari 80 persen.
Di antaranya tower 4, 5, 6, dan 7.
"Untuk di tower memang sudah di atas 80 persen, tower 4, 5, 6 dan 7," kata Arifin di RSD Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (20/1/2021).
Kendati demikian, pihak RSD Wisma Atlet juga sudah mengantisipasinya dengan menyiapkan tower tambahan untuk menampung pasien Covid-19.
"Sudah menyiapkan Tower 9 sebagai antisipasi," ujar Arifin.
Baca juga: Update Covid-19 Global 20 Januari 2021: Total Pasien Sembuh di Seluruh Dunia Lebih dari 69,2 Juta
Hanya saja, Tower 9 akan mulai digunakan jika kapasitas tampung Tower 8 telah menunjukkan tingkat keterisian tinggi.
"Tower 9 dari kemarin sudah siap untuk digunakan namun demikian penggunaannya menunggu dari Tower 8 yang saat ini sedang menerima pasien juga. Nanti sampai penuh, baru dioper ke Tower 9," jelas dia.
Meski tak dijelaskan rinci, Arifin mengatakan ada banyak pasien di RSD Wisma Atlet yang telah diizinkan pulang.
Tapi di sisi lain, masih banyak pula pasien yang sebelumnya tertahan di unit Puskesmas, dan harus dirujuk ke RSD Wisma Atlet.
"Tapi untuk totalnya hari ini, ada yang banyak pulang juga. Namun yang tertahan di Puskesmas juga masih banyak yang harus didorong ke Wisma Atlet," katanya.
Diprediksi Tembus Satu Juta Akhir Bulan Ini
Berkaca pada kasus positif harian Covid yang mencapai 10ribu, Ketua umum PB IDI dr Daeng M Faqih memprediksi angka kasus positif Covid-19 di tanah air bisa mencapai 1 juta kasus hingga akhir Januari.
Ia mengatakan, tren 10ribu kasus per hari masih akan berlanjut hingga 10 hari ke depan.
Hal itu disampaikan Daeng dalam diskusi virtual KedaiKopi, Selasa (19/1/2021).
"Sekarang kasus 900 ribu dengan kasus rata-rata di atas 10 ribu dalam 10 hari bisa tembus 1 juta kasus. Jadi prediksinya akan tembus (satu juta)," ujar Daeng.
Ia mengatakan, kasus positif yang kian takĀ terbendung ini merupakan efek kegiatan di bulan Desember lalu, seperti pilkada dan libur panjang.
Baca juga: Kasus Harian Positif Covid-19 di Atas 10 Ribu, Pemerintah Harus Siapkan Kebutuhan dan Tenaga Medis
"Kita pakai data dalam 10 hari itu, untuk mengerem pencegahannya, saya kira tidak akan bisa secepat 10 hari karena dalam 10 hari kedepan ini atau 2 minggu ke depan ini masih dampak dari kegiatan-kegiatan di Desember ada Pilkada kemudian, ada liburan panjang," jelasnya.
Meski demikian Daeng mengatakan, masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan atas penambahan kasus-kasus tersebut, selama melakukan persiapkan matang
Seperti tetap displin protokol 3M, serta pemerintah memastikan ruang perawatan, alat dan obat, tenaga medis dan kesehatan.
Baca juga: Saksi Kasus Suap Bansos COVID-19 Tunjukan Bukti Baru ke KPK di Suatu Tempat
"Kalau ada yang sakit bisa kita layani maksimal. Kita hitung sebenarnya kasus aktifnya kasus aktif itu yang sekarang lagi dinyatakan sakit dan lagi membutuhkan perawatan. Karena kalau dari misalnya sekarang 900 itu kan dikurangi yang sudah sembuh berapa sekarang 700-an ya, dan dikurangi yang meninggal Maka itulah sisa kasus aktif," jelas Daeng.
Kenaikan
Kasus positif Covid-19 terus melonjak tajam dalam beberapa hari terakhir. Bahkan kasus Covid-19 pernah tembus angka 14 ribu dalam satu hari.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengakatan kenaikan kasus Covid-19 dalam satu pekan terakhir meningkat sebanyak 27,5 persen dibandingkan minggu sebelumnya.
"Per tanggal 17 januari terjadi kenaikan kasus sebesar 27,5 persen dibanding Minggu sebelumnya," kata Wiku dalam konferensi pers yang disiarkan youtube Sekretariat Presiden, Selasa, (19/1/2021).
Baca juga: Varian Baru Covid-19 Ditemukan di Jerman, Lebih Menular? Ini Kata Ahli
Kenaikan tersebut menurut Wiku paling tinggi sejak Pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada awal Maret tahun lalu. Pada umumnya kenaikan kasus Covid-19 berkisar antara 10-15 persen per minggunya.
Selain itu meningkatnya kasus Covid-19 dalam satu pekan terkahir juga mencatatkan kenaikan kasus selama 12 pekan berturut-turut.
"Pada minggu sebelumnya saya menyampaikan kasus harian 9.000-10.000 kasus adalah angka yang sangat tinggi namun ternyata di minggu ini kita mengalami penambahan angka harian mencapai 14 ribu kasus, hal ini tidak boleh dan tidak dapat ditoleransi," katanya.
Wiku mengatakan melonjaknya kasus Covid-19 secara nasional merupakan kontribusi dari kenaikan kasus yang terjadi si sejumlah wilayah.
Terdapat 5 provinsi yang mengalami kenaikan kasus tertinggi sehingga berpengaruh signifikan terhadap angka kasus positif secara nasional.
"Yaitu Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Bali dan Sulawesi Selatan," tuturnya.
Kebutuhan Medis
Ketua Satgas Covid-19 dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban mengatakan, tempat tidur penuh di rumah sakit maupun keterbatasan ventilator saat pandemi Covid-19 tak hanya terjadi di Indonesia.
Ia mengatakan, negara seperti Spanyol, Italia, Prancis, Belgia hingga Amerika Serikat mengalami hal serupa.
Meski demikian, pemerintah diharapkan dapat mempersiapkan kebutuhan medis secara berkala.
Hal itu disampaikan Zubairi dalam diskusi virtual, Selasa (19/1/2021).
"Keterbatasan rumah sakit tempat tidur, ventilator itu terjadi di mana-mana. Artinya kita memang harus antisipasi dari waktu ke waktu. Kita memang harus menyesuaikan dengan kondisi lapangan," ujar dia.
Tak hanya itu, Zubairi menuturkan tenaga medis dan kesehatan serta SDM pendukung kesehatan juga menjadi hal yang harus diperhatikan.
Dokter dan perawat, ujarnya, selama 10 bulan lebih pandemi merasakan kelelahan yang luar biasa, dimana angka kasus positif rata-rata akhir ini lebih dari 10ribu kasus per hari.
"Kita harus menyesuaikan menambahkan secara berkala. Juga jangan lupa harus ditambah Karena sekarang banyak dokter dan perawat mulai kecapean dan penularan menjadi lebih tinggi jadi kita harus antisipasi dari sekarang," ungkapnya.