Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Direktur Jenderal (Dirjen) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menegaskan, munculnya mutasi baru virus corona (Covid-19) menimbulkan masalah efektivitas pada vaksin yang sudah ada.
Dalam sebuah jumpa pers yang diadakan Senin 8 Februari 2021 kemarin, ia menyampaikan bahwa vaksin yang tersedia saat ini mungkin tidak akan bekerja secara efektif dalam melawan varian baru Covid-19 yang kali pertama terdeteksi di Afrika Selatan.
Dikutip dari laman Sputnik News, Selasa (9/2/2021), Tedros menjelaskan harus ada suntikan penting lainnya bagi produsen vaksin untuk meningkatkan vaksin yang telah tersedia saat ini.
Baca juga: Bisa Tunjukkan Surat Keterangan Kerja di Apotek, Vaksin Selebgram Helena Lim Tak Langgar AturanĀ
Baca juga: Ini 6 Tempat dengan Risiko Tinggi Penularan Virus Corona Menurut WHO
Suntikan penguat kemungkinan besar akan diperlukan karena strain baru ini secara cepat menyebar ke seluruh dunia dan dapat menjadi varian utama Covid-19.
Menurut Tedros, larangan pemerintah Afrika Selatan terhadap vaksin AstraZeneca yang dipicu laporan sebelumnya bahwa vaksin tersebut tidak mampu melawan infeksi Covid-19 ringan hingga sedang, menjadi 'suatu pengingat'.
"Ini suatu pengingat bahwa kita perlu melakukan apa saja untuk mengurangi penyebaran virus dengan melakukan tindakan terhadap kesehatan masyarakat yang jelas terbukti," tegas Tedros.
Ia menambahkan bahwa WHO akan mengumumkan keputusannya apakah akan merekomendasikan vaksin AstraZeneca untuk penggunaan darurat 'dalam beberapa hari mendatang'.
Jika vaksin tersebut disetujui, maka upaya pendistribusian melalui fasilitas COVAX yang didukung Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) akan dilakukan ke seluruh dunia.
Seperti yang terungkap dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada 6 Februari lalu, menunjukkan rejimen dua dosis vaksin Oxford-AstraZeneca tidak efektif melawan bentuk penyakit ringan hingga sedang yang disebabkan oleh varian baru.
Sedangkan vaksin tersebut, menurut Juru bicara AstraZeneca 'dapat melindungi dari penyakit parah'.
Sebelumnya, pemerintah Afrika Selatan mengumumkan pada 19 Desember 2020 bahwa gelombang kedua pandemi di negara itu disebabkan munculnya varian baru Covid-19.
Varian baru ini disebut 501.V2 dan diidentifikasi pada Oktober 2020 di wilayah Selatan Nelson Mandela Bay County di provinsi Eastern Cape.
Menurut peneliti lokal, strain baru ini lebih agresif, terutama lebih cepat menyerang usia muda.
Selanjutnya, pada awal tahun lalu, varian baru lainnya pun diidentifikasi terjadi di Inggris, varian ini lebih menular dan mematikan dibandingkan varian genetik SARS-CoV-2 yang ditemukan sebelumnya di negara tersebut.
Namun, WHO saat itu mengumumkan bahwa tidak ada bukti yang jelas tentang varian baru yang dikaitkan dengan penyakit yang lebih parah atau hasil yang lebih buruk.
Kemudian pada pekan lalu, jurnal medis peer-review The Lancet menerbitkan laporan yang menganalisis fase ketiga dari uji coba vaksin buatan Rusia, Sputnik V.
Artikel tersebut menempatkan vaksin ini diantara vaksin top dunia, dengan tingkat efektivitas mencapai 91,6 persen melawan gejala Covid-19.
Sumber:Sputnik News