TRIBUNNEWS.COM - Berikut adalah fakta-fakta mengenai Vaksin AstraZeneca.
Vaksin Covid-19 AstraZeneca sebanyak 1.113.600 tiba di Indonesia pada Senin (8/3/2021) kemarin.
Vaksin AstraZeneca adalah vaksin yang digunakan untuk orang berusia 18 tahun ke atas.
Baca juga: Kominfo Catat Ada 2 Ribu Lebih Konten Hoax Tentang Covid-19 dan Vaksinasi Selama Pandemi
Baca juga: Izin Penggunaan Darurat Vaksin Covid-19 AstraZeneca Terbit, Ini yang Perlu Diketahui
Vaksin AstraZeneca adalah vaksin bikinan Oxford-AstraZeneca.
Dikutip dari kanal YouTube Sekretariat Presiden, vaksin AstraZeneca telah masuk ke dalam emegency use listing (EUL) atau daftar penggunaan darurat WHO sejak 15 Februari 2021.
Terdaftarnya vaksin tersebut di EUL WHO memungkinkan penggunaan darurat dan distribusi global melalui COVAX.
EUL WHO melibatkan penilaian yang ketat terhadap data uji klinis fase II dan fase III akhir, serta data-data lainnya yang substansial untuk memastikan keamanan, kualitas, dan kemanjuran vaksin.
Apa Efek Samping dari Vaksin AstraZeneca?
Dikutip dari www.gov.uk, berikut adalah efek samping dari Vaksin AstraZeneca:
Efek Samping yang Sangat Umum (dialami >1 dari 10 orang)
- Nyeri, gatal atau memar di area yang disuntik
- Merasa lelah (lelah)
- Menggigil atau merasa demam
- Sakit kepala
- Merasa mual
- Nyeri sendi atau nyeri otot
Efek Samping yang Umum (dialami 1 dari 10 orang)
- Bengkak, kemerahan atau benjolan di area suntikan
- Demam
- Muntah atau diare
- Gejala mirip flu, seperti demam tinggi, radang tenggorokan, pilek, batuk dan menggigil
- Jarang (dapat mempengaruhi hingga 1 dari 100 orang)
- Merasa pusing
- Nafsu makan menurun
- Sakit perut
- Kelenjar getah bening membesar
- Keringat berlebih, kulit gatal atau ruam
Baca juga: Vaksin AstraZeneca Halal, Beberapa Negera Muslim Sudah Beri Izin Penggunaannya
Cara Kerja Vaksin AstraZeneca
Dikutip dari laman BBC, Vaksin AstraZeneca dibuat dari versi lemah dari virus flu biasa (dikenal sebagai adenovirus) dari simpanse.
Lalu dimodifikasi secara genetik untuk menghindari kemungkinan konsekuensi penyakit pada manusia.
Setelah disuntikkan, Vaksin Covid-19 AstraZeneca menstimulasi pertahanan alami tubuh (sistem imun).
Ini menyebabkan tubuh menghasilkan perlindungannya sendiri (antibodi) terhadap virus.
Berapa Dosis yang Dianjurkan?
Mengutip dari laman WHO, dosis yang dianjurkan adalah dua dosis yang diberikan secara intramuskular (masing-masing 0,5ml) dengan interval 8 sampai 12 minggu.
Penelitian tambahan diperlukan untuk memahami perlindungan potensial jangka panjang setelah dosis tunggal.
Baca juga: Rilis Izin Penggunaan Darurat Vaksin AstraZeneca, BPOM Singgung Pemberitaan Soal Efek Samping
Kandungan Vaksin AstraZeneca
Satu dosis (0,5 ml) mengandung: Vaksin COVID 19 (rekombinan ChAdOx1-S *) 5 × 10 ^ 10 partikel virus.
Produk ini mengandung organisme hasil rekayasa genetika (GMO).
Eksipien lainnya adalah:
- L-histidin
- L-histidin hidroklorida monohidrat
- magnesium klorida heksahidrat
- polisorbat 80
- etanol
- sukrosa
- natrium klorida
- disodium edetate dihydrate
- air untuk suntikan
Apakah vaksin Oxford sebagus Pfizer?
Uji coba besar menunjukkan vaksin Pfizer 95% efektif, sedangkan angka untuk vaksin Oxford adalah 62%.
Namun, sulit membandingkan hasil secara langsung karena ada perbedaan cara uji coba dilakukan.
Dan penting untuk diingat bahwa bahkan angka 62% yang lebih rendah adalah hasil yang lebih baik daripada suntikan flu terbaik, yang sekitar 50% efektif.
Tidak seorang pun yang menerima vaksin Oxford dirawat di rumah sakit atau menjadi sakit parah karena Covid-19.
Sebuah studi baru-baru ini menemukan satu dosis vaksin Oxford menawarkan perlindungan 76% selama tiga bulan, dan ini naik menjadi 82% setelah dosis kedua.
(Tribunnews.com/Widya) (Kompas.com/Gloria Setyvani Putri)