TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Epidemiolog Universitas Griffith Dicky Budiman mengatakan strain baru virus corona (Covid-19) yang disebut N439K terkandung dalam varian yang banyak ditemukan di Eropa.
"Varian yang banyak ditemukan di Eropa itu mengandung juga adanya mutasi N439K," ujar Dicky, kepada Tribunnews, Kamis (11/3/2021).
N439K dianggap sebagai salah satu mutasi yang merugikan karena pola penyebarannya mirip seperti virus awal yang ditemukan di Wuhan.
Strain N439k ini tidak lebih ganas dibandingkan yang lainnya, namun lebih menempel secara efektif dan mengikat reseptor ACE2.
Nah reseptor ACE2 pada manusia ini merupakan 'pintu masuk' bagi virus untuk memasuki sel inang.
Karena virus pada umumnya hidup menempel pada sel inang.
Baca juga: Ada Total 48 Kasus Mutasi Corona N439K di Indonesia
"Nah mutasi (virus corona) itu ada banyak dan salah satunya untuk mutasi yang merugikan itu N439K. Bukan karena lebih ganas ya, tapi dia lebih efektif menempel dan mengikat lebih kuat ke reseptor ACE2," jelas Dicky.
Dicky kemudian menekankan bahwa N439K itu merupakan mutasi virus bukan varian.
Karena varian yang baru ditemukan saat ini dan diamati dunia ada 4 varian yakni Afrika Selatan, New York, Brazil dan Inggris.
"N439 itu mutasinya, kalau variannya saat ini 4 yang jadi pengamatan dunia ya, varian Afrika Selatan, yang New York, di Brazil dan juga Inggris," kata Dicky.