News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Waspada, Varian Baru Virus Corona B117 Dinilai Lebih Mematikan Dibanding SARS-CoV-2

Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi virus corona. Varian baru virus corona B117 dinilai lebih mematikan ketimbang SARS-CoV-2. Hal ini berdasarkan hasil studi yang dilakukan British Medical Journal.

TRIBUNNEWS.COM - Berdasarkan hasil studi British Medical Journal pada 10 Maret 2021, varian baru virus corona B117 disebut lebih mematikan ketimbang SARS-CoV-2.

Risiko kematian akibat B117 lebih tinggi 64 persen.

Studi itu dipimpin oleh ahli pemodelan dari University of Exeter, Robert Challen dan Epidemiolog asal University of Bristol, Leon Danon.

Penelitian tersebut membandingkan tingkat kematian antara orang yang terinveksi Covid-19 varian B117 dan varian SARS-CoV-2.

Para peneliti menemukan varian baru yakni B117 menyebabkan 227 orang meninggal dari 54.906 pasien.

Baca juga: BREAKING NEWS Update Corona Indonesia 12 Maret 2021: Tambah 6.412 Kasus, Total 1.410.134 Positif

Baca juga: Eijkman Dorong Pemerintah Percepat Vaksinasi Covid-19, Sebelum Virus Corona Banyak Bermutasi

Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan infeksi Covid-19 varian SARS-CoV-2 yang membuat 114 pasien meninggal.

Challen bersama timnya menyimpulkan varian baru virus corona ini meningkatkan risiko kematian mencapai 32-104 persen atau rata-rata sekitar 64 persen.

Dalam kelompok populasi yang dikaji, risiko kematian itu meningkat dari 2,5 menjadi 4,1 kemarian setiap 1.000 kasus.

"Ditambah kemampuannya menyebar dengan cepat dan risiko kematian yang meningkat, membuat B117 menjadi ancaman yang harus ditanggapi dengan serius," ujar Challen, Kamis (11/3/2021).

Tingkatkan Kewaspadaan

Wakil Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, David Handjono Muljono, menyebut hasil studi ini sangat penting untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai varian baru Covid-19.

"Studi seperti ini masih sulit dilakukan di Indonesia karena antara perawatan atau klinis belum terhubung dengan penelitian," ungkap David.

Sementara itu Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman, khawatir bahwa varian ini akan meningkatkan kasus kematian Covid-19 hingga 50 persen pada semua kelompok umur masyarakat.

"Saya mengkhawatirkan, sebulan ke depat kita akan melihat dampaknya pada peningkatan kematian hingga 50 persen pada semua kelompok umur jika varian baru ini menyebar luas di komunitas walaupun angka kasus (positif Covid-19) seolah turun," tutur Dicky.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini