News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Virus Corona Bermutasi, PCR Test Tidak Perlu Diubah, Pemerintah Diminta Percepat Vaksinasi

Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga melakukan tes PCR di GSI Lab Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa (23/2/2021). Kredivo menggandeng Genomik Solidaritas Indonesia (GSI Lab), perluas tes PCR di Indonesia dengan alokasikan dana sebesar US$ 100.000 atau setara dengan lebih dari 2 ribu tes PCR yang bertujuan untuk mempercepat tracing dan testing secara cepat dan akurat sesuai dengan anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Tribunnews/Irwan Rismawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kemunculan mutasi virus covid-19 menimbulkan kekhawatiran pada pelaksanaan deteksi Covid-19 yang menggunakan tes PCR (polymerase chain reaction).

Disampaikan dalam penelitian tingkat global bahwa mutasi virus corona baru ini membuat sensitivitas PCR menurun
Diketahui, PCR ditetapkan sebagai gold standar pendeteksi Covid-19 karena memiliki sensitivitas yang tinggi.

"Karena perubahan di dalam gennya maka dikhawatirkan diagnosis molekulernya atau PCR itu juga terganggu. Jadi akan menurun sensitivitasnya ini yang kita khawatirkan," ucap Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Prof Amin Subandrio, dalam diskusi virtual bertajuk "Pemantauan Genomik Varian Baru SARS-Cov2 di Indonesia", Jumat (12/3/2021).

Baca juga: Pakar: Semua Vaksin Efektif untuk Membentuk Antobodi Virus Covid-19

Baca juga: Kemenkes: Semua Kontak Erat 6 Kasus Mutasi B117 Negatif Covid-19

Baca juga: Thailand Tunda Vaksinasi, Indonesia Tetap Pakai AstraZeneca, Efektif atau Tidak? Ini Kata Pakar

Meski demikian, Amin menilai Indonesia belum perlu mengubah PCR. Ia mengatakan, alat deteksi tersebut masih efektif dalam mengidentifikasi virus corona.

"Saat ini belum (perlu). Dikhawatirkan ada penurunan (sensitivitas iya) tapi penurunanya belum signifikan sehingga belum dianggap perlu untuk mengganti PCR," terangnya.

Amin menerangkan, mutasi virus merupakan hal alamiah dari virus.

Virus akan mengalami mutasi secara acak.

Ilustrasi virus corona. (CDC)

Dari sekian banyak mutasi, hanya 4% yang menyebabkan virus itu menjadi lebih berbahaya.

Seperti B117 yang disebutkan memiliki penularan 70 persen lebih cepat atau mutasi virus corona dari Afrika yang yang dilaporkan kebal dengan antibodi.

Amin Soebandrio mendorong pemerintah untuk mempercepat proses vaksinasi Covid-19 di masyarakat.

Sehingga, terjadi kekebalan massal di masyarakat terhadap virus tersebut. Prof Amin mengatakan, percepatan vaksinasi

itu bukan tanpa alasan. Ia khawatir akan mulai bermunculan varian baru Corona seperti B117.

"Nah, terkait munculnya mutasi-mutasi ini maka di seluruh dunia juga ada rekomendasi sedapat mungkin vaksinasi diselesaikan lebih cepat sebelum virusnya banyak bermutasi," kata Prof. Amin.

Maka dari itu Prof Amin meminta masyarakat untuk tak lagi menolak vaksinasi yang dilakukan pemerintah. Terlebih, vaksinasi yang digunakan telah melewati uji klinik, izin BPOM keamanan dan khasiat sudah memenuhi standar.

"Sekaligus kita mendorong encourage mereka-mereka yang sudah punya kesempatan untuk divaksinasi jangan ditunda lagi, enggak usah nolak lagi," tegasnya.

Vaksin AstraZeneca Ditolak Berbagai Negara, Indonesia Masih Memakai

Ilustrasi Astra Zeneca (Istimewa)

Sejumlah negara di Eropa menunda penggunaan vaksin AstraZeneca. Dilaporkan terjadi kasus pembekuan darah setelah penyuntikan vaksin asal perusahaan farmasi Inggris ini.

Sementara untuk Indonesia, Kementerian Kesehatan belum berencana melakukan penangguhan tersebut.

Juru bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmidzi menegaskan, BPOM merupakan badan yang berkompeten dan independen, yang telah dipercayai sepenuhnya untuk izin darurat penggunaan vaksin.

Sampai saat ini Badan POM belum memberikan perubahan atas penggunaan darurat dari vaksin AstraZeneca.

Pemkot Tangerang, kembali menggelar vakdinasi bagi petugas pelayanan publik diantaranya adalah insan pers yang diadakan di areal Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, Jumat (12/3/2021). Wartawan menjadi prioritas untuk mendapatkan suntikan vaksin Covid-19, karena menjadi salah satu kalangan yang rentan terpapar Covid-19. (WARTAKOTA/Nur Ichsan) (WARTAKOTA/Nur Ichsan)

"Jadi kita tentunya akan tetap menggunakan vaksin ini," ungkap Nadia dalam diskusi virtual bertajuk "Pemantauan Genomik Varian Baru SARS-Cov2 di Indonesia".

Menurutnya, jika ada perubahan dari peruntukan atau indikasi maka pelaksanaan vaksinasi juga akan diubah. Sehingga masyarakat diharapkan menunggu kebijakan BPOM terkait penggunaan vaksin AstraZeneca ini.

"Kita melihat bahwa kita ingin menyampaikan bahwa kalau sudah ada penggunaan izin darurat ini artinya aspek keamanan penggunaan vaksin ini sudah dikaji dan juga sudah mendapatkan masukan baik itu dari ITAGI, juga para ahli dokter spesialis yang memang merupakan di bekerja atau berkecimpung di bidang tersebut," jelasnya.

Nantinya, sebanyak 1.113.600 dosis vaksin yang didapat Indonesia melalui jalur multilateral Global Alliance for Vaccine and Immunization (GAVI)/COVAX, ini akan digunakan untuk vaksinasi tahap kedua yakni untuk lansia dan petugas pelayanan publik.(Tribun Network/rin/wly)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini