"Tapi kalau untuk menyatakan kasus negatif, maka harus ada dua kali PCR Negatif berturut-turut," jelas Tonang.
Baca juga: Kemenkes Ungkap Alasan Tunda Distribusi Vaksin AstraZeneca
Baca juga: Ini Strategi Pemerintah Pulihkan UMKM di Tengah Pandemi Covid-19
Dengan demikian, lanjut Tonang, menjadi wajar bila Jumlah spesimen akan lebih tinggi dari pada Jumlah kasus.
"Semakin rendah proporsi kasus positif, maka semakian jauh perbedaan itu, mendekati angka dua, jumlah spesimen PCR makin mendekati 2 kali lipat jumlah kasus," ungkapnya.
Sementara itu mengutip laporan @kawalcovid19.id, Tonang menyebut jika jumlah testing sudah turun di bawah standar minimal sejak pekan kedua Februari 2021.
"Sekali dua kali sempat mencapai standar, tapi secara rata-rata pada hari-hari lainnya di bawah standar. Bahkan pernah hanya mencapai di sekitar 20 ribu saja atau setengah dari target," ungkap Tonang.
"Dengan kondisi ini, maaf, sebenarnya laporan angka kasus baru maupun positivitas itu tidak bisa dijadikan acuan penilaian dan kebijakan atau pengambilan keputusan," imbuhnya.
Tonang mengimbau agar segala pihak melihat data perkembangan secara menyeluruh, tidak hanya berfokus pada jumlah kasus yang dilaporkan.
"Maka sebaiknya, kita hati-hati memaknai hasil-hasil ini. Jangan gegabah menjadikannya acuan, apalagi landasan kebijakan," ungkap Tonang.
Satgas Covid-19 Klaim Kasus Menurun
Sementara itu, Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengklaim angka persentase kasus aktif Covid-19 di Indonesia terus menurun.
Doni bahkan mengungkapkan jika angka penurunan kasus aktif di Indonesia lebih tinggi ketimbang global. Setidaknya penurunan kasus aktif di Indonesia.
"Sepanjang 2-3 bulan terakhir ini, kita bisa menurunkan kasus aktif. Sehingga pada hari ini capaian terbaik sudah satu digit 9,72% sedangkan kasus aktif dunia adalah 17,34%," ungkapnya ungkap Doni dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR yang disiarkan YouTube DPR, Senin (15/3/2021).
Sedangkan di sisi lain, Doni mengatakan jika angka kematian memang masih berada di atas angka kematian global. Yaitu memiliki elisih 0,49%. Sehingga hal ini menurutnya menjadi perhatian bersama.
Dari data yang dikumpulkan bersama Bersatu Lawan Covid-19 (BLC), dilaporkan bahwa orang yang berusia lanjut terpapar Covid-19, termasuk yang lebih beresiko.