Langkah itu kemudian diikuti pula oleh Italia, Spanyol, Portugal dan Slovenia.
Macron mengumumkan bahwa keputusan yang menurutnya diambil sebagai 'upaya pencegahan' dan hanya akan efektif selama 24 jam itu sengaja dilakukan untuk memberikan waktu kepada Badan Obat Eropa untuk mengeluarkan rekomendasi.
Tepat pada hari Minggu lalu, Perdana Menteri (PM) Prancis Jean Castex pun melanjutkan penggunaan vaksin AstraZeneca.
Ia mengatakan Prancis tidak menemukan alasan untuk menghentikan sementara penggunaan vaksin tersebut.
"Pada tahap ini, kami harus memiliki keyakinan terhadap vaksin ini," kata Castex.
Ia menggarisbawahi risiko besar yang akan diterima jika membiarkan sebagian besar populasi Prancis tidak terlindungi dari Covid-19.
Selanjutnya, Italia pada hari Senin lalu pun memutuskan untuk menghentikan sementara penggunaan vaksin ini sebagai 'tindakan pencegahan'.
Pemerintah Italia memilih untuk menunggu keputusan European Medicines Agency (EMA), setelah adanya pembicaraan antara Menteri Kesehatan Italia Roberto Speranza dan Menteri di Jerman, Prancis dan Spanyol.
Negara-negara Nordik turut 'menyalakan alarm'
Negara-negara Nordik menempati wilayah di Eropa Timur dan Atlantik Utara ikut menyalakan alarm pada penggunaan vaksin AstraZeneca.
Denmark adalah negara pertama yang mengatakan pada 11 Maret lalu bahwa mereka akan menghentikan sementara penggunaan vaksin AstraZeneca sebagai tindakan pencegahan terkait kekhawatiran terjadinya pembekuan darah pada warga yang divaksinasi.
Badan obat-obatan Denmark mengatakan bahwa mereka telah melihat gejala yang 'sangat tidak biasa' pada penerima vaksin AstraZeneca berusia 60 tahun yang kemudian meninggal.
Islandia dan Norwegia mengikuti langkah itu pada hari yang sama, untuk sementara waktu menghentikan penggunaan semua pasokan vaksin mereka dengan alasan masalah yang sama.
Pada hari Sabtu lalu, pejabat kesehatan Norwegia telah melaporkan tiga kasus pembekuan darah atau pendarahan otak pada warga berusia muda pasca menerima vaksinasi.
Namun otoritas terkait mengatakan bahwa mereka belum dapat memastikan masalah ini memiliki kaitan dengan vaksin AstraZeneca.