Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan pemeriksaan metode swab dalam tes PCR Covid-19 kerap membuat orang tidak nyaman.
Pemeriksaan PCR dapat menggunakkan sampel swab nasofaring yakni melalui hidung dan swab orofaring melalui tenggorokan.
Baca juga: Sempat Dipijat Penderita Covid-19 Hasil Tes Swab Baim Wong Negatif, Paula Verhoeven Justru Positif
Baca juga: RT Lamp Saliva, Alat Tes Covid-19 Menggunakan Air Liur Miliki Sensitivitas Hingga 94 Persen
"Yang ada swab tes jadi ambil dari nasofaring kita, yang istilah-istilah umumnya kita harus dicolok. Kita untuk mendapatkan swab yang nantinya akan dipakai sebagai obyek pengetesan di RT PCR.
Keluhannya adalah tentunya ketidaknyamanan ya, dari rasa sakit, dari rasa tidak enak dan seterusnya," ungkap Bambang dalam konferensi pers virtual, Kamis (25/3/2021).
Sementara tes Covid-19 RT Lamp Saliva, diharapkan Bambang, dapat lebih memberikan kenyamanan kepada masyarakat karena tidak harus menggunakan swab.
Pengambilan spesimen pada RT Lamp Saliva menggunakan air liur.
Bambang berharap masyarakat mau untuk diperiksa karena tidak harus menggunakan swab atau dicolok.
"Saliva sendiri mudah-mudahan akan membuat orang lebih mau untuk diperiksa.
Tidak lagi orang lari ketakutan dicolok, tapi mau diperiksa," tutur Bambang.
Kehadiran RT Lamp Saliva, menurut Bambang, dapat meningkatkan jumlah pengetesan Covid-19 di Indonesia.
"Pemerintah dalam melakukan pengetesan bisa mendapatkan sampel atau obyek yang jauh lebih banyak dari pada yang ada sekarang," pungkas Bambang.
RT Lamp Saliva, alat tes untuk mendeteksi Covid-19 dengan air liur diklaim memiliki sensitivitas hingga 94 persen dan spesifitas mencapai 98 persen.
Alat yang dibuat oleh PT. Kalbe Farma ini telah mendapatkan izin edar berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 01.07/MENKES/446/2021.