News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Vaksin Sinovac Disebut Efikasinya Rendah, Epidemiolog Masih Penting Kurangi Keparahan Gejala Covid

Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas dari Dinas Kesehatan Kota Bandung melakukan layanan penyuntikan Vaksin Sinovac dosis pertama kepada pelayan publik pada pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 Vaksin Sinovac Disebut Efikasinya Rendah, Epidemiolog Masih Penting Kurangi Keparahan Gejala Covid (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Sempat heboh karena pernyataan dari Direktur Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) Cina, Gao Fu yang menyatakan jika vaksin Sinovac miliki efikasi rendah.

Hal ini juga diamini oleh Ahli epidemiologi dari Griffith University di Australia, Dicky Budiman.

Menurutnya, rendahnya efikasi dari vaksin Sinovac dibandingkan vaksin jenis lain adalah fakta.

Baca juga: China Sebut Efikasi Vaksin Sinovac Rendah, Anggota DPR: Masyarakat Jangan Khawatir

Baca juga: Pejabat Kesehatan Cina Akui Efektivitas Vaksin Sinovac Rendah, Begini Tanggapan Epidemiolog

Namun, bukan berarti hal ini mengurangi peran penting dari vaksin Sinovac itu sendiri.

Menurut Dicky, hal yang perlu diperhatikan publik adalah vaksin dapat mencegah 100% tingkat keparahan gejala.

Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman (Tangkapan Layar YouTube Kompas TV)

Begitu pula pada angka kematian. Tentu ini membuat vaksin Sinovac masih berperan penting.

Walaupun memiliki perbedaan terhadap standar kesehatan dunia.

"Karena vaksin ini dapat mencegah orang untuk tidak sampai dirawat di ICU hingga menimalisir angka kematian. Oleh karena itu pemberian vaksin Sinovac tetap harus dilakukan kalau kita punya," katanya saat diwawancarai, Selasa (13/4/2021).

Menurutnya setiap vaksin memiliki kelebihannya masing-masing. Salah satu perbedaan vaksin Sinovac dengan vaksin yang lain adalah ia menggunakan virus utuh dan sudah dimatikan.

Bukannya spike protein saja. Sehingga secara teoritis, respon imun tubuh lebih lengkap dan lebih baik.

"Sehingga hipotesa saya kemungkinan lebih bisa merespon berbagai macam varian. Karena walau spike protein pada virus berubah, kita sudah diajarkan secara utuh. Ini merupakan salah satu kelebihan," katanya lagi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini