Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Prof Amin Subandrio menyatakan, sejauh ini mutasi virus SARS-CoV-2 varian E484K alias 'Eek' tidak mempengaruhi efikasi vaksin Covid-19.
Dalam tataran global menurutnya, dunia telah memiliki pengalaman terkait virus influenza.
Virus influenza dikenal memiliki kemampuan bermutasi atau berganti baju.
"Virus SARS-CoV-2 ini belum ada arahan ke sana. Vaksin yang ada masih bisa dipakai tapi sekali lagi kita harus memantau terus apakah virus mutasi secepatnya virus influenza," ujar Amin beberapa waktu lalu.
Baca juga: Peneliti Sebut Vaksin Sinovac Efektif Melawan Virus Mutasi B117, Tapi Tidak B1351
Baca juga: Kepala Eijkman: Vaksin Nusantara Tidak Bisa Dibuat Massal, Sangat Individual
Ia berharap, proses vaksinasi selesai sesegera mungkin. Dengan harapan herd immunity atau kekebalan kelompok dapat terbentuk cepat sebelum bermunculan mutasi-mutasi baru.
"Agar sesedikit mungkin orang yang terinfeksi,vaksinasi harus diupayakan secepat mungkin sehingga kesempatan virus bereplikasi dan bermutasi menjadi semakin rendah," harapnya.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan mengkonfirmasi varian corona baru kode E484K telah ditemukan di Indonesia. Satu Kasus terdeteksi di DKI Jakarta.
Sampel spesimen tersebut dikumpulkan pada Februari oleh lembaga Eijkman yang kemudian dilaporkan ke GISAID, lembaga yang melakukan pemantauan hasil pemeriksaan genome sequencing untuk melacak mutasi corona.