News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Polemik Vaksin Nusantara

Soal Polemik Vaksin Nusantara, Menkes Budi Gunadi: Biarkan Ilmuan yang Berdebat, Saya Bukan Ahlinya

Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Budi Gunadi (Menkes) saat diskusi virtual, Minggu (18/4/2021).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Alivio

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Kesehatan Budi Gunadi akhirnya buka suara mengenai polemik vaksin nusantara.

Budi Gunadi meminta perdebatan soal vaksin Nusantara berjalan secara ilmiah dan tidak politis.

Selain itu Menkes himbau agar pro-kontra terkait penelitian vaksin sudah sepatutnya terjadi di antara para peneliti dalam ranah keilmuan bukan jajaran pemred.

Baca juga: Armand Maulana Berharap Pemerintah Berikan Vaksin Pada Musisi Cafe sampai Wedding Singer

Baca juga: Ternyata Ini Alasan Menkes Enggan Komentari Vaksin Nusantara

"Jangan dilakukan di tataran media atau tataran politik, atau di mana. Masa yang debat pemred (pemimpin redaksi) atau ahli media, politisi," kata Budi saat diskusi virtual, Minggu (18/4/2021).

"Ini kan enggak cocok, ini sesuatu yang sifatnya sangat ilmiah, jadi biarkan para ilmuan berdebat di tataran ilmiah," tambahnya.

Aburizal Bakrie (Ical) telah disuntik vaksin Nusantara langsung oleh mantan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto pada Jumat (16/4/2021). (Twitter @aburizalbakrie https://twitter.com/aburizalbakrie/status/1382988904710639616/photo/2)

Budi menyarankan perdebatan mengenai vaksin Nusantara berlangsung secara ilmiah. Misalnya, dalam seminar atau melalui jurnal ilmiah.

"Vaksin ini setelah saya pelajari, saya bukan ahlinya, ini sesuatu yang sifatnya sangat saintifik, sangat ilmiah, jadi tolong dibicarakan di tatanan ilmiah, seminar-seminar, jurnal-jurnal ilmiah," tuturnya.

Baca juga: Masih Jadi Polemik, Terawan Suntikkan Vaksin Nusantara ke Ical, Anang dan Ashanty Ambil Sampel Darah

Baca juga: Vaksin Nusantara Jadi Polemik, Vaksin Merah Putih Siap Produksi Masal, Apa Beda Keduanya?

Selanjutnya, ia menegaskan, pengembangan vaksin Nusantara sudah semestinya dilakukan atas kaidah ilmiah dan protokol yang baku.

"Itu benar-benar harus dibikin berdasarkan kaidah ilmiah dan protokol kesehatan yang baku dan tetap. Itu tolong jangan di-shortcut," tegas dia.

Vaksin Nusantara yang digagas eks Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menuai polemik, karena pengembangannya dinilai tidak mengikuti kaidah saintifik pengujian vaksin pada umumnya.

Seperti yang diketahui, vaksin Nusantara menulai polemik setelah BPOM menyebut terdapat sejumlah kejanggalan pada proses pembuatan vaksin tersebut.

Hari Ini Jajaran Kesehatan TNI Beri Penjelasan TNI Nusantara

Jajaran kesehatan Tentara Nasional Indonesia (TNI) akan membuka suara terkait Vaksin Nusantara Senin (19/4/2021).

Rencananya besok jajaran kesehatan TNI akan menggelar konferensi pers di Mabes TNI Cilangkap Jakarta Timur.

Sejumlah pejabat kesehatan TNI yang direncanakan hadir besok antara lain Kepala Pusat Kesehatan TNI Mayjen TNI Dr dr Tugas Ratmono, Kepala RSPAD Gatot Soebroto Letjen TNI dr Albertus Budi Sulistya, Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen TNI Achmad Riad, serta para Kepala Dinas Angkatan.

"Akan melaksanakam konferensi pers terkait Vaksin Nusantara Covid-19," kata undangan yang diterima Tribunnews.com pada Minggu (18/4/2021).

Kepala Pusat Kesehatan (Puskes) TNI Mayjen TNI dr Tugas Ratmono di Mabes TNI Cilangkap pada Senin (22/3/2021). (Tribunnews.com/Gita Irawan)

Sebelumnya Vaksin Nusantara Covid-19 yang digagas Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto memicu pro kontra di kalangan masyarakat.

Sebagian pejabat Anggota DPR RI dan tokoh nasional diketahui telah mendukung penelitian terkait vaksin tersebut dengan menjadi relawan.

Sebanyak sekira 40 anggota DPR RI lintas fraksi menjalani proses pengambilan darah yang merupakan rangkaian dari proses vaksinasi vaksin Nusantara di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta pada Rabu (14/4/2021) lalu.

Di sisi lain, BPOM memberikan penilaian bahwa penelitian terkait Vaksin Nusantara tidak masuk kategori riset ilmiah sesuai standard internasional.

Penilaian BPOM tersebut juga mendapat dukungan dari sejumlah kalangan di antaranya Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Vaksin Nusantara Jadi Polemik, Ini Bedanya dengan Vaksin Merah Putih

Lantas, apa bedanya vaksin merah putih dan vaksin nusantara?

Berikut hal-hal yang perlu diketahui dalam pengembangan vaksin Merah Putih dan vaksin Nusantara yang dirangkum Tribunnews.com dari berbagai sumber :

Metode dan Teknologi Vaksin Merah Putih dari 6 Kandidat 
Vaksin Merah Putih merupakan vaksin yang bukan merujuk hanya satu vaksin saja. Melainkan sekelompok kandidat vaksin yang dikembangkan dari berbagai lembaga.

Saat ini vaksin Merah Putih dikembangkan oleh enam lembaga dalam negeri, yakni LBM Eijkman, Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Airlangga.

Enam lembaga tersebut mengembangkan vaksin Covid-19 dengan metode yang berbeda.

Eijkman mengembangkan dengan platform protein rekombinan. UI dengan platform DNA, MRNA, dan virus-like particle.

Kemudian Universitas Airlangga adenovirus, ITB juga adenovirus, Universitas Gajah Mada menggunakan protein rekombinan, serta LIPI juga dengan protein rekombinan.

- Vaksin Nusantara Berbasis Sel Dendritik

Dijelaskan Terawan dalam wawancara bersama Kompas TV beberapa waktu lalu, vaksin Nusantara merupakan solusi yang ditawarkan bagi pasien komorbid atau penyakit penyerta.

Vaksin ini berbasis sel dendritik.

Sama seperti terapi pada pasien kanker, maka sel dendritik dari pasien kanker akan dikenalkan dengan antigen kanker.

Hasilnya, jika sel dendritik aktif maka akan menemukan dan memusnahkan sel kanker tersebut.

Terawan A Putranto - Menteri Kesehatan (Grafis Tribunnews.com/Ananda Bayu S)

"Vaksin berbasis dendritik Cell ini intinya adalah dari setiap kita punya dendritik Cell tinggal dikenalkan pada antigen Covid-19 sehingga akan menjadi punya memori terhadap Covid- 11 prosesnya begitu simpel," jelas Terawan.

Sel dentritic ini disesuaikan dengan kondisi pasien.

Artinya, memungkinkan cocok diberikan kepada penderita komorbid yang tidak bisa menerima vaksin biasa.

"Menjadi vaksin individual dan disuntikkan secara subkutan ke dalam tubuh pasien penerima vaksin dan akan memberikan kekebalan terhadap covid 19 dan karena ini sifatnya menjadi imunitas yang seluler (imun yang bukan berasal dari antibodil tentunya akan bertahan lama," jelas dia.

Vaksin ini yang dikembangkan oleh peneliti di RSUP Dr. Kariadi Semarang, yang kerja sama Kementerian Kesehatan dengan AIVITA Biomedical.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini